Sifat Sejarah Subjektif dan Objektif

Sifat Sejarah Subjektif dan Objektif – Objektif memiliki makna netral yakni dalam menulis sesuatu tidak hanya terpaku pada satu sisi saja melainkan dari banyak sisi. Jika hanya menuangkan kronologi atau cerita sejarah hanya dalam satu sisi saja maka akan disebut subjektif. Sejarawan harus bisa mencari banyak bukti dalam menuliskan sejarah, tidak bisa hanya dari pendapat satu orang saja meskipun orang tersebut merupakan pelaku sejarah, karena bagaimanapun seseorang pastinye melihat sejarah dari sudut pandangnya sendiri dan tidak keseluruhan proses sejarah dilihatnya atau diketahuinya melainkan hanya sebagian dari peristiwa yang memang benar-benar menimpa dirinya saat itu. Sudah jelas jika demikian tidak cukup pendapat atau cerita satu orang tidak bisa begitu saja dibenarkan melainkan harus melalui serangkaian pembuktian dengan sejumlah barang bukti yang mungkin bisa ditemukan, atau dengan pembenaran dari narasumber lainnya.

Dalam menceritakan kembali sejarah memang tak lepas dari subjektifitas. Sifat sejarah subjektif ini memang harus dimaklumi karena memang menceritakan sejarah tidak mudah apalagi jika hanya sebagian saja yang dialaminya. Kemungkinan adanya pembelokan fakta sejarah bisa saja terjadi jika sumber sejarah yang dijadikan pedoman sama-sama menceritakan yang berbeda dengan faktanya dan satu sama lainnya mendukung. Tentunya para sejarawan tidak mempunyai kemampuan untuk melihat kebenaran atau kebohongan yang diutarakan oleh narasumbernya sehingga benar atau salahnya tidak bisa diketahui. Cara mengetahui apakah benar atau tidak cerita yang diutarakan yakni dengan mencari bukti lain yang lebih otentik seperti kecocokan antara cerita dengan barang bukti yang bisa ditemukan, atau lokasi yang dijadikan acuan, dsb.

Tentunya dalam menuangkan sejarah ke dalam bentuk tulisan sangat bergantung pada sumber sejarah yang menjadi bukti adanya kebenaran tentang sejarang yang dimungkinkan terjadi. Semakin banyak sumber sejarah atau bukti sejarah yang bisa ditemukan maka semakin otentik sejarah yang ditulisnya. Kebanyakan subjek sejarah mungkin tidak bisa ditemukan lagi karena faktor usia yang sudah tidak panjang lagi, untuk menyikapinya tentunya dengan mencari bukti selain orang yakni berupa barang-barang yang memang memiliki kaitan dengan sejarah yang sedang diteliti.

Penulis sejarah harusnya memiliki sifat objektif yang mana tidak pro dengan satu sisi melainkan bisa memandang sejarah dari banyak sisi sehingga tulisan yang dihasilkan benar-benar nyata berdasarkan kejadian yang sebenarnya dari masa lalu. Namun memang ada kemungkinan penulis hanya pro pada satu sisi sehingga dalam menuliskan sejarah hanya membenarkan salah saku pihak saja sedangkan pihak lainnya disalahkan. Sifat sejarah subjektif semacam ini harus dihilangkan dan lebih menanamkan sifat objektif dalam pembuatan naskah sejarah yang sebenar-benarnya, agar tulisan yang dimuat dan dibukukan benar-benar menunjukkan sejarah yang sebenarnya, bukan rekaan yang dibuat atas dasar suatu kepentingan individu.

Artikel Lainnya :

  • Sifat Sejarah Kontinuitas dan Diskontinuitas

Related Posts