Ambivalen – Artinya, konsep dan contoh penggunaan

Relevant Data:

  • Konflik Emosional: Ambivalen sering kali muncul dalam konteks konflik emosional di mana seseorang merasa terbagi antara perasaan positif dan negatif terhadap suatu hal atau orang.
  • Contoh Situasi Ambivalen: Misalnya, seseorang dapat merasakan cinta dan kebencian terhadap seseorang pada saat yang bersamaan, atau merasa senang dan sedih tentang suatu keputusan yang sulit.
  • Pengaruh Konteks: Rasa ambivalen dapat dipengaruhi oleh nilai-nilai, kepercayaan, dan pengalaman pribadi seseorang. Konteks sosial dan budaya juga dapat berperan dalam menciptakan perasaan ambivalen.

Ambivalen adalah kondisi di mana seseorang merasakan dua perasaan atau pikiran yang bertentangan secara bersamaan terhadap suatu hal, orang, atau situasi. Perasaan ambivalen sering kali muncul ketika seseorang merasa bingung atau terbagi antara dua pilihan atau emosi yang saling bertentangan.

Contoh umum dari ambivalen adalah ketika seseorang merasa cinta dan kebencian terhadap seseorang pada saat yang bersamaan. Ini bisa terjadi dalam hubungan pribadi, di mana seseorang mungkin merasa tertarik dan terhubung secara emosional dengan pasangan mereka, tetapi juga merasa frustrasi atau marah terhadap mereka. Perasaan ambivalen ini bisa menciptakan konflik internal yang sulit diatasi.

Selain itu, ambivalen juga dapat muncul dalam situasi ketika seseorang dihadapkan pada pilihan yang sulit. Sebagai contoh, seseorang mungkin merasa senang dan sedih tentang suatu keputusan yang sulit, seperti memilih antara dua kesempatan yang menarik atau menghadapi konsekuensi yang tidak diinginkan dari suatu tindakan. Dalam hal ini, ambivalen mencerminkan konflik antara keinginan yang berbeda-beda atau nilai-nilai yang bertentangan.

Perasaan ambivalen dapat dipengaruhi oleh nilai-nilai, kepercayaan, dan pengalaman pribadi seseorang. Pengaruh budaya dan konteks sosial juga dapat berperan dalam menciptakan perasaan ambivalen. Misalnya, dalam beberapa budaya, mungkin ada tekanan untuk merasa ambivalen terhadap hal-hal yang dianggap tabu atau kontroversial.

Merasa ambivalen adalah pengalaman manusia yang umum dan alami. Penting untuk mengakui dan memahami perasaan tersebut agar dapat mengelola konflik internal dengan lebih baik. Berbicara dengan orang lain, mencari bimbingan, atau merenungkan nilai-nilai dan harapan kita sendiri dapat membantu dalam mengatasi perasaan ambivalen.

Resources:

  • Buku: “Konflik Batin dan Ambivalen dalam Kehidupan Manusia” oleh Nama Penulis
  • Artikel: “Mengatasi Perasaan Ambivalen: Strategi dan Pendekatan yang Efektif” oleh Nama Penulis
  • Jurnal: “Ambivalen dalam Hubungan Pribadi: Implikasi dan Dampaknya” oleh Nama Penulis
Ambivalen
Ambivalen adalah kondisi atau sikap di mana seseorang merasakan dua perasaan atau pikiran yang bertentangan secara bersamaan terhadap suatu hal, orang, atau situasi. Ambivalen sering kali terjadi ketika seseorang merasa bingung atau terbagi antara dua pilihan atau emosi yang saling bertentangan. Perasaan ambivalen dapat menciptakan ketidakpastian dan konflik internal dalam diri seseorang.

Ambivalen dapat identik dengan ambiguitas, keraguan, ketidakpastian atau kebingungan.

Apa yang dimaksud dengan sesuatu yang ambivalen?

Ketika kita mengatakan bahwa ada sesuatu yang ambivalen, atau ada ambivalensi, yang kita maksud adalah suatu situasi, suatu unsur atau gagasan yang berkenaan dengan dua penafsiran, dua nilai atau dua kecenderungan, yang biasanya berlawanan satu sama lain, disajikan di waktu yang sama.

Misalnya, kita bisa mempunyai perasaan ambivalen terhadap seseorang jika kita merasa bahwa kita mencintai dan membencinya pada saat yang sama, tanpa salah satu dari mereka merasa mendominasi dalam jangka panjang.

Kata ambivalensi berasal dari bahasa Latin ambo (“keduanya”) dan valentia (“keberanian” atau “kekuatan”). Istilah ini diciptakan pada awal abad ke-20 oleh psikiater Swiss Eugen Bleuer (1857-1939), yang mengusulkannya untuk menggambarkan hubungan kompleks di mana dua kecenderungan emosional yang berlawanan dan tidak dapat didamaikan terjadi pada saat yang sama sehubungan dengan objek yang sama.

Istilah ini dianut oleh psikoanalisis, dan dipuji oleh Sigmund Freud sendiri. Namun, dalam bidang psikoanalisis, dipahami bahwa dalam situasi ambivalensi afektif (juga disebut ambitimia ), kedua emosi biasanya tidak muncul dengan cara yang sama, melainkan salah satu dari keduanya lebih nyata sementara yang lain ditekan..

Namun, kita dapat menggunakan istilah ambivalen di banyak bidang kehidupan lain, selain bidang psikologis. Tentu saja selalu dengan pengertian hadirnya dua nilai yang berbeda secara bersamaan pada saat yang sama, yang kurang lebih identik dengan ambiguitas, keraguan, ketidakpastian atau kebingungan. Antonimnya adalah univalen, univokal, eksplisit, searah.

Ini dapat membantu Anda: Keseimbangan

Contoh kalimat dengan kata “ambivalen”

Di bawah ini kami sajikan beberapa contoh penggunaan kata ini, agar dapat diapresiasi dalam konteks yang memungkinkan:

  • “Hasil survei konsumen bersifat ambivalen.”
  • “Kandidat, begitu banyak ambivalensi politik akan membuat Anda terlihat mencurigakan.”
  • “Surat pemecatan itu meninggalkan dia dalam situasi yang ambivalen : dia merasa sangat lega dan pada saat yang sama merasa sangat takut.”
  • “Saya tidak tahu apakah Lorena menyukai saya, karena dia selalu mengirimkan sinyal ambivalen kepada saya.”

Lanjutkan dengan: Timbal Balik

Referensi

  • “Ambivalensi” di Wikipedia.
  • “Ambivalen” dalam Kamus Bahasa Royal Spanish Academy.
  • “Apa itu ambivalen?” (video) di Sabre Noticias (Kolombia).
  • “Etimologi Ambivalensi” dalam Etimologi Chile.net.
  • “Ambivalensi afektif” di Psiquiatria.com.

FAQ Ambivalen

Apa yang dimaksud dengan ambivalen?

Ambivalen adalah suatu kondisi psikologis di mana seseorang memiliki perasaan, sikap, atau penilaian yang berlawanan terhadap suatu objek atau situasi. Ambivalen ditandai dengan adanya dua kecenderungan yang saling bertentangan dalam diri seseorang, seperti rasa suka dan tidak suka, senang dan tidak senang, atau setuju dan tidak setuju terhadap suatu hal.

Apa penyebab terjadinya ambivalen?

Beberapa penyebab terjadinya ambivalen antara lain:

  • 1. Konflik internal dalam diri individu akibat adanya kebutuhan, nilai, atau kepentingan yang saling bertentangan.
  • 2. Pengalaman masa lalu yang membentuk persepsi dan sikap ganda terhadap suatu objek atau situasi.
  • 3. Pengaruh lingkungan sosial atau budaya yang menimbulkan ambivalensi dalam diri seseorang.
  • 4. Ketidakpastian atau keragu-raguan dalam menghadapi suatu hal yang baru atau tidak familiar.
  • 5. Proses perkembangan psikologis yang belum stabil, khususnya pada masa remaja.

Apa dampak dari ambivalen?

Ambivalen dapat memberikan dampak positif maupun negatif, di antaranya:

  • 1. Dampak positif:

– Mendorong sikap terbuka dan mengakui kompleksitas dari suatu masalah.
– Memfasilitasi proses pengambilan keputusan yang lebih hati-hati dan matang.
– Mendorong individu untuk terus belajar dan memperluas perspektif.

  • 2. Dampak negatif:

– Menimbulkan kebingungan, kecemasan, dan kesulitan dalam pengambilan keputusan.
– Mempersulit proses komunikasi dan interaksi sosial.
– Dapat menghambat kemajuan dan perkembangan individu dalam berbagai aspek kehidupan.
– Meningkatkan risiko depresi, stres, dan masalah psikologis lainnya.

Bagaimana cara mengatasi ambivalen?

Beberapa cara untuk mengatasi ambivalen antara lain:

  • 1. Melakukan refleksi diri untuk mengidentifikasi dan memahami akar permasalahan.
  • 2. Mendiskusikan dan mengekspresikan perasaan ambivalen secara terbuka dengan orang terdekat.
  • 3. Mencoba melihat situasi dari sudut pandang yang berbeda untuk memperoleh pemahaman yang lebih luas.
  • 4. Mengembangkan kemampuan untuk mengelola emosi dan mengurangi kecemasan.
  • 5. Membuat prioritas dan fokus pada satu tindakan yang dianggap paling sesuai.
  • 6. Mencari bantuan profesional, seperti konseling atau terapi, jika ambivalen menimbulkan masalah besar.
  • 7. Bersikap sabar dan terus belajar menerima ketidakpastian yang ada dalam hidup.

Kapan ambivalen dapat menjadi hal yang positif?

Ambivalen dapat menjadi hal yang positif dalam beberapa situasi, antara lain:

  • 1. Saat menghadapi dilema moral atau etika yang kompleks, ambivalen dapat mendorong individu untuk berpikir lebih komprehensif.
  • 2. Dalam proses pengambilan keputusan penting, ambivalen dapat membantu individu untuk mempertimbangkan berbagai perspektif secara saksama.
  • 3. Dalam konteks pembelajaran dan pengembangan diri, ambivalen dapat memotivasi individu untuk terus mencari pemahaman yang lebih dalam.
  • 4. Dalam hubungan interpersonal, ambivalen dapat mendorong komunikasi yang lebih terbuka dan saling memahami.
  • 5. Dalam bidang kreatif, ambivalen dapat menjadi sumber inspirasi dan mendorong eksplorasi ide-ide baru.

Secara umum, ambivalen dapat menjadi hal positif ketika individu mampu mengelola dan memanfaatkannya dengan baik, sehingga dapat mendorong proses pembelajaran, pertumbuhan, dan pengambilan keputusan yang lebih bijaksana.