Dampak Kesehatan pada Sistol: Apa yang Perlu Diketahui?

Sistol adalah fase kontraksi jantung di mana darah dipompa keluar dari bilik jantung ke arteri. Ini adalah momen kunci dalam setiap detak jantung yang menandai efisiensi kerja jantung dalam mensuplai darah beroksigen ke seluruh tubuh. Tekanan sistolik, yang sering muncul pada pengukuran tekanan darah (angka atas, seperti 120 mmHg dalam 120/80), menunjukkan tekanan darah saat jantung berkontraksi.

Meskipun sistol hanya berlangsung selama sepersekian detik dalam setiap siklus jantung, fungsinya sangat penting bagi kesehatan tubuh secara keseluruhan. Ketika fungsi sistol terganggu — baik terlalu tinggi, terlalu rendah, atau tidak terkoordinasi — dampaknya bisa serius terhadap kesehatan. Artikel ini akan membahas secara mendalam apa itu sistol, bagaimana gangguan pada sistol terjadi, dan apa dampak kesehatannya, dilengkapi dengan contoh-contoh nyata yang memudahkan pemahaman.

Memahami Sistol dalam Konteks Kerja Jantung

Sistol terjadi saat otot-otot ventrikel (bilik jantung bawah) berkontraksi dan memompa darah keluar:

  • Ventrikel kiri memompa darah ke aorta menuju seluruh tubuh.
  • Ventrikel kanan memompa darah ke paru-paru untuk pertukaran oksigen.

Fase sistol diikuti oleh diastol, fase relaksasi di mana jantung terisi ulang oleh darah dari atrium.

Contoh Ilustratif

Bayangkan jantung seperti pompa air. Saat tuas ditekan (sistol), air dipaksa keluar dari ruang dalam pompa ke selang. Saat tuas dilepas (diastol), air baru masuk mengisi ruang kosong. Jika tekanan saat memompa terlalu tinggi atau rendah, sistem distribusi bisa terganggu — begitu pula pada jantung.

Hipertensi Sistolik: Ketika Tekanan Terlalu Tinggi

Tekanan darah sistolik yang tinggi (biasanya di atas 130 mmHg) disebut hipertensi sistolik. Ini adalah faktor risiko utama penyakit jantung dan pembuluh darah. Kondisi ini lebih sering ditemukan pada lansia, karena elastisitas pembuluh darah yang menurun.

Dampak kesehatan dari hipertensi sistolik:

  • Kerusakan arteri: tekanan tinggi merusak dinding pembuluh darah, menyebabkan aterosklerosis.
  • Peningkatan beban jantung: jantung bekerja lebih keras, memicu pembesaran ventrikel kiri.
  • Risiko stroke dan serangan jantung: akibat pecahnya pembuluh darah atau penyumbatan aliran darah ke otak dan jantung.

Contoh Ilustratif

Seorang pria usia 65 tahun yang tidak pernah memeriksa tekanan darahnya mengalami nyeri dada saat berjalan cepat. Setelah diperiksa, tekanan darahnya tercatat 165/90 mmHg. Pemeriksaan lanjutan menunjukkan adanya penebalan pada dinding jantung kiri, tanda hipertrofi akibat tekanan sistolik tinggi kronis. Tanpa pengobatan, kondisinya bisa berkembang menjadi gagal jantung.

Hipotensi Sistolik: Ketika Tekanan Terlalu Rendah

Sebaliknya, hipotensi sistolik (tekanan di bawah 90 mmHg) juga dapat berdampak serius. Tekanan terlalu rendah berarti darah tidak cukup dipompa ke organ vital, termasuk otak dan ginjal.

Dampak dari tekanan sistolik rendah:

  • Pusing, lemas, dan pingsan: akibat kurangnya suplai oksigen ke otak.
  • Kerusakan ginjal: ginjal butuh tekanan darah cukup untuk menyaring darah.
  • Syok hipovolemik: kondisi ekstrem akibat kehilangan darah atau dehidrasi berat.

Contoh Ilustratif

Seorang wanita muda dengan anoreksia melaporkan sering merasa pusing saat berdiri dan kulitnya tampak pucat. Pengukuran tekanan darah menunjukkan 85/60 mmHg. Dalam kasus ini, sistol yang rendah mengganggu perfusi darah ke otak, menyebabkan gejala-gejala ringan hingga risiko pingsan mendadak, terutama saat berdiri tiba-tiba (hipotensi ortostatik).

Disfungsi Sistolik: Gagal Jantung dan Penurunan Efisiensi Pompa

Ketika otot jantung melemah dan tidak mampu memompa darah secara efektif selama sistol, kondisi ini dikenal sebagai gagal jantung sistolik. Ini biasanya diukur dengan penurunan fraksi ejeksi (jumlah darah yang dipompa keluar dibandingkan total darah di ventrikel).

Dampak dari disfungsi sistolik:

  • Penumpukan cairan di paru-paru (edema paru)
  • Kelelahan dan sesak napas
  • Kaki bengkak dan pembengkakan hati atau perut

Contoh Ilustratif

Seorang pria yang pernah mengalami serangan jantung mengalami pembesaran jantung (dilatasi ventrikel kiri). Karena otot jantung yang rusak tidak mampu berkontraksi optimal, fraksi ejeksinya turun menjadi 30% (normal >55%). Pasien merasa lelah walau hanya berjalan 10 meter dan harus tidur setengah duduk karena sesak napas saat berbaring — gejala khas gagal jantung sistolik.

Faktor Lingkungan dan Gaya Hidup yang Mempengaruhi Sistol

Fungsi sistol tidak hanya dipengaruhi oleh faktor genetik atau penyakit, tetapi juga oleh gaya hidup dan lingkungan:

  • Diet tinggi garam meningkatkan tekanan sistolik.
  • Kurang olahraga menyebabkan jantung menjadi kurang efisien.
  • Stres berkepanjangan merangsang pelepasan adrenalin yang menaikkan tekanan sistolik sementara.
  • Rokok dan alkohol merusak pembuluh darah, memperburuk hipertensi sistolik.

Contoh Ilustratif

Seorang karyawan kantor yang terbiasa mengonsumsi makanan cepat saji dan kopi berlebihan setiap hari mengeluhkan jantung berdebar saat stres. Ia tidak berolahraga dan merokok 10 batang per hari. Setelah diperiksa, tekanan sistoliknya naik drastis saat stres (150 mmHg), lalu kembali normal saat istirahat. Ini menandakan respons tekanan sistolik terhadap stres — sebuah alarm dini untuk perubahan gaya hidup.

Kesimpulan

Sistol adalah momen vital dalam kerja jantung yang memastikan tubuh menerima oksigen dan nutrisi melalui darah. Ketika fase sistol berjalan secara normal, tubuh berfungsi dengan optimal. Namun, gangguan pada tekanan atau kekuatan sistol — baik hipertensi, hipotensi, atau disfungsi pompa — bisa menimbulkan konsekuensi kesehatan yang serius.

Mengenali gejala, memantau tekanan darah secara rutin, dan menjaga kesehatan jantung melalui pola hidup sehat merupakan langkah penting untuk menjaga sistol tetap stabil. Jantung hanya satu, dan setiap detaknya menentukan kualitas hidup kita. Maka, menjaga fungsi sistol berarti menjaga denyut kehidupan itu sendiri.