Di dunia yang penuh dengan keanekaragaman hayati ini, terdapat makhluk-makhluk menakjubkan yang tidak hanya terbatas pada satu habitat. Mereka mampu hidup di dua dunia: darat dan air. Hewan-hewan ini dikenal sebagai hewan amfibi atau semiakuatik, dan mereka telah berevolusi selama jutaan tahun untuk bertahan dalam dua lingkungan yang sangat berbeda. Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi lebih dalam tentang jenis-jenis hewan yang mampu hidup di darat dan air, mekanisme adaptasi mereka, serta contoh nyata yang bisa ditemukan di sekitar kita.
Apa Itu Hewan Amfibi dan Semiakuatik?
Hewan amfibi berasal dari kata Yunani amphi yang berarti “dua” dan bios yang berarti “hidup”, yang artinya hidup di dua tempat. Mereka biasanya menghabiskan sebagian hidupnya di air dan sebagian lainnya di darat. Sementara itu, hewan semiakuatik adalah hewan yang menghabiskan sebagian besar waktunya di satu lingkungan, tetapi masih bergantung pada lingkungan lainnya untuk aktivitas tertentu seperti mencari makan, berkembang biak, atau berlindung.
Contoh ilustratif:
Katak adalah contoh klasik hewan amfibi. Mereka lahir sebagai berudu di air, bernapas dengan insang, dan kemudian berubah menjadi katak dewasa yang bisa bernapas dengan paru-paru dan hidup di darat. Di sisi lain, buaya adalah contoh hewan semiakuatik—hidup di darat dan air, tetapi sepenuhnya bergantung pada air untuk berburu dan beristirahat.
Adaptasi Hewan untuk Hidup di Dua Habitat
Untuk bisa bertahan di dua lingkungan yang sangat berbeda, hewan-hewan ini memiliki adaptasi fisiologis dan perilaku yang luar biasa. Adaptasi tersebut mencakup sistem pernapasan, kulit, alat gerak, hingga cara berkembang biak.
Sistem pernapasan ganda:
Banyak hewan amfibi memiliki kemampuan untuk bernapas menggunakan insang saat masih muda di dalam air dan beralih ke paru-paru saat dewasa untuk hidup di darat. Beberapa, seperti salamander, bahkan memiliki kulit yang dapat menyerap oksigen dari udara dan air.
Contoh ilustratif:
Seekor axolotl, jenis salamander Meksiko, bisa mempertahankan insangnya meskipun telah dewasa, sehingga tetap bisa hidup di air sepanjang hidupnya. Namun, spesies lainnya seperti katak sawah akan kehilangan insangnya saat metamorfosis dan mulai menggunakan paru-paru serta kulit untuk bernapas di darat.
Kulit lembap dan permeabel:
Hewan amfibi memiliki kulit yang lembap untuk membantu respirasi. Namun, kelembapan ini membuat mereka sangat rentan terhadap polusi atau perubahan suhu.
Alat gerak fleksibel:
Kaki katak yang panjang dan kuat membantu mereka melompat di darat dan berenang di air. Buaya memiliki ekor kuat yang mendorong tubuhnya saat berenang, dan kaki pendek yang memungkinkan mereka berjalan di lumpur atau pasir.
Jenis-Jenis Hewan yang Hidup di Darat dan di Air
Katak dan Kodok
Katak adalah hewan yang paling dikenal sebagai simbol hewan amfibi. Mereka berkembang biak di air, dan anaknya yang disebut berudu berenang seperti ikan. Setelah metamorfosis, katak menjadi hewan darat yang tetap tergantung pada air untuk reproduksi.
Contoh ilustratif:
Di musim hujan, kamu mungkin mendengar suara katak bersahutan di sawah atau sungai kecil. Mereka memanfaatkan genangan air sebagai tempat berkembang biak. Setelah bertelur, ribuan berudu menetas dan tumbuh menjadi katak dalam beberapa minggu.
Salamander dan Axolotl
Hewan ini juga termasuk dalam kelas amfibia dan dikenal dengan bentuk tubuh mirip kadal dengan ekor panjang. Beberapa hidup di darat tetapi kembali ke air untuk bertelur, sementara axolotl tetap hidup di air sepanjang hidupnya.
Contoh ilustratif:
Di hutan basah Amerika Utara, salamander menyelinap keluar saat malam hari untuk mencari serangga. Saat musim kawin tiba, mereka menuju ke kolam atau sungai dangkal untuk berkembang biak.
Buaya dan Aligator
Termasuk dalam kelompok reptil, buaya dan aligator adalah predator yang sangat bergantung pada air. Mereka berburu di air tetapi bisa berjemur dan bertelur di darat.
Contoh ilustratif:
Buaya muara di Indonesia sering terlihat berjemur di tepi sungai saat pagi hari untuk menaikkan suhu tubuh. Namun, begitu mangsa mendekat ke air, buaya menyelam diam-diam dan menyerang dengan cepat.
Kuda Nil
Meskipun terlihat seperti makhluk darat, kuda nil adalah hewan semiakuatik. Mereka menghabiskan sebagian besar waktu di air untuk menjaga suhu tubuh tetap stabil, tetapi mencari makan di darat saat malam.
Contoh ilustratif:
Di Afrika, kuda nil menghabiskan siang hari berendam di sungai. Saat malam tiba, mereka keluar dari air untuk merumput di padang sabana. Air membantu mereka menghindari panas matahari dan predator.
Penyu
Penyu adalah contoh hewan laut yang bertelur di darat. Meski menghabiskan hidupnya di lautan, penyu betina kembali ke pantai tempat mereka lahir untuk bertelur.
Contoh ilustratif:
Setiap tahun di Pantai Sukamade, Banyuwangi, ratusan penyu naik ke darat pada malam hari untuk menggali lubang dan bertelur. Setelah itu, mereka kembali ke laut, meninggalkan anak-anaknya menetas dan mencari jalan sendiri ke air.
Peran Hewan Amfibi dan Semiakuatik dalam Ekosistem
Hewan yang hidup di dua habitat memiliki peran vital dalam ekosistem karena mereka menjadi penghubung antara lingkungan perairan dan daratan. Mereka juga berperan sebagai indikator lingkungan yang sensitif terhadap perubahan suhu, kualitas air, dan pencemaran.
Contoh ilustratif:
Jika populasi katak di suatu daerah menurun drastis, itu bisa menandakan bahwa air di daerah tersebut tercemar atau lingkungan alaminya rusak. Katak sangat sensitif terhadap bahan kimia karena kulitnya yang permeabel. Oleh karena itu, kehadiran mereka bisa menjadi sinyal bahwa suatu ekosistem sehat.
Selain itu, hewan seperti buaya juga menjaga keseimbangan populasi hewan lain. Sebagai predator puncak, mereka mengendalikan jumlah ikan, burung air, atau mamalia kecil yang bisa tumbuh tak terkendali jika tidak ada predator alami.
Kesimpulan
Hewan yang hidup di darat dan air menunjukkan adaptasi luar biasa yang memungkinkan mereka bertahan di dua dunia yang berbeda. Dari katak kecil yang melompat di sawah hingga buaya besar yang menyergap mangsa di sungai, setiap spesies memiliki cara unik untuk menjembatani habitat basah dan kering. Keberadaan mereka bukan hanya keajaiban biologis, tetapi juga penanda penting keseimbangan alam.
Menjaga habitat alami mereka—baik daratan maupun perairan—merupakan tanggung jawab kita semua. Karena dengan melindungi mereka, kita juga menjaga kesinambungan kehidupan di bumi yang saling terkait satu sama lain, dari genangan air terkecil hingga hutan tropis yang luas.