Imperialisme – Apa itu, penyebab, kolonialisme dan banyak lagi

Relevant Data:

  1. Abad ke-19-20: Era ketika imperialisme mencapai puncaknya, dengan negara-negara Eropa berlomba-lomba untuk menguasai wilayah-wilayah baru.
  2. Konferensi Berlin (1884-1885): Pertemuan diadakan oleh negara-negara Eropa untuk membagi wilayah-wilayah di Afrika. Membuat batas-batas kolonial yang baru.
  3. Negara-negara imperialis: Britania Raya, Prancis, Belgia, Jerman, dan Italia adalah beberapa negara Eropa yang aktif dalam imperialisme.
  4. Motivasi imperialisme: Eksplorasi sumber daya alam, ekspansi pasar, persaingan kekuatan, dan misi peradaban adalah beberapa alasan di balik imperialisme.
  5. Anti-Imperialisme: Gerakan yang melawan dan menentang praktik imperialisme, dengan pemikiran bahwa setiap bangsa berhak atas kemerdekaan dan kedaulatan mereka sendiri.

Explanation:
Imperialisme terjadi pada abad ke-19 dan awal abad ke-20 ketika negara-negara Eropa Barat berusaha memperluas kekuasaan dan pengaruh mereka di seluruh dunia. Motivasi di balik imperialisme adalah eksplorasi sumber daya alam, ekspansi pasar, persaingan kekuatan, dan gagasan misi peradaban.

Negara-negara imperialis seperti Britania Raya, Prancis, Belgia, Jerman, dan Italia, bersaing untuk menguasai wilayah-wilayah baru. Mereka mendirikan koloni, menguasai wilayah-wilayah, dan membangun infrastruktur dan ekonomi mereka di sana. Pada Konferensi Berlin tahun 1884-1885, negara-negara Eropa berkumpul untuk membagi wilayah-wilayah di Afrika sesuai kepentingan mereka sendiri.

Imperialisme memiliki dampak yang luas. Di negara-negara yang dikuasai, adopsi budaya Eropa, eksploitasi sumber daya alam, dan pembangunan infrastruktur kolonial sering kali mengubah tatanan sosial dan ekonomi. Di sisi lain, di negara-negara imperialis, keuntungan ekonomi dan kontrol politik meningkat, tetapi juga muncul ketidakpuasan dan perlawanan dari negara-negara yang dikuasai serta gerakan anti-imperialisme.

Gerakan anti-imperialisme muncul sebagai reaksi terhadap praktik imperialisme. Gerakan ini menekankan pada hak setiap bangsa untuk kemerdekaan dan kedaulatan mereka sendiri. Pada akhir abad ke-20, dengan berkembangnya nasionalisme dan perubahan politik global, banyak koloni meraih kemerdekaan mereka.

Resources:

  1. Buku: “Imperialism: A Study” oleh J.A. Hobson
  2. Artikel: “Imperialism” oleh Encyclopædia Britannica
  3. Sumber Online: “Imperialism and Its Impact” oleh Khan Academy
  4. Sumber Online: “The Age of Imperialism: An Online History” oleh Fordham University
Imperialisme adalah praktik negara-negara kuat untuk memperluas kekuasaan, pengaruh, dan kontrol mereka atas negara atau wilayah lain, baik secara politik, ekonomi, maupun militer. Pada abad ke-19 dan awal abad ke-20, kekuatan Eropa Barat seperti Britania Raya, Prancis, Belgia, dan Jerman, bersaing untuk menguasai wilayah-wilayah di Afrika, Asia, dan Amerika Latin. Imperialisme menciptakan ketimpangan kekuatan global dan berdampak pada budaya, ekonomi, dan politik di negara-negara yang dikuasai.

Pada abad ke-19, kerajaan-kerajaan Eropa berkembang hingga ke Afrika dan Asia.

Apa itu imperialisme?

Imperialisme adalah doktrin politik yang membangun hubungan hierarki antara dua negara : satu negara mendominasi dan menjalankan otoritas atas negara lain. Dominasi ini dapat terjadi melalui teknik penjajahan (pemukiman, eksploitasi ekonomi, kehadiran militer) atau melalui subordinasi budaya (disebut juga akulturasi ).

Istilah “imperialisme” juga digunakan untuk merujuk pada periode ekspansi kekuatan Eropa yang terjadi antara abad ke-16 dan ke-20 dan mengarah pada terciptanya kerajaan-kerajaan besar dengan jangkauan global. Pada tahap itu, kerajaan-kerajaan besar Eropa mendirikan pusat-pusat politik, ekonomi dan militer di Amerika, Afrika dan Asia, untuk mengambil alih semua jenis sumber daya.

Proses imperialisme yang paling agresif dapat diidentifikasi dengan penaklukan dan kolonisasi Amerika (abad ke-16 dan ke-17), pembentukan perdagangan budak transatlantik (abad ke-16 hingga ke-19) dan apa yang disebut “pembagian Afrika” (abad ke-19 dan ke-20). abad).

Lebih lanjut, dalam beberapa kajian sejarah, ungkapan “era imperialisme” digunakan untuk mendefinisikan proses radikalisasi persaingan kerajaan-kerajaan Eropa antara tahun 1870 dan 1914, yang berujung pada pecahnya Perang Dunia Pertama (1914-1918)..

Hubungan antara kekaisaran dan koloninya merupakan hubungan dominasi politik, ekonomi dan budaya. Hal ini dibangun melalui kekerasan dan kekerasan (penaklukan militer) dan kemudian diterapkan struktur politik yang mengkonsolidasikan dominasi ekonomi dan budaya (undang-undang, pembatasan dan pajak yang menguntungkan negara dominan).

Lihat juga: Kekuatan dunia

Definisi Imperialisme

Imperialisme merujuk pada kebijakan suatu negara untuk memperluas kekuasaannya dengan mendirikan atau memelihara pengaruh dominan atas wilayah lain. Ini dapat dilakukan melalui berbagai cara, termasuk penaklukan militer, eksploitasi ekonomi, dan intervensi politik.

Penyebab imperialisme

Di antara penyebab utama meluasnya imperialisme Eropa adalah:

    • Alasan ekonomi. Kebutuhan akan bahan mentah dan barang komersial menyebabkan negara-negara Eropa melakukan akuisisi wilayah baru. Selain perampasan sumber daya di wilayah yang ditaklukkan, kerajaan juga menerapkan bentuk produksi dan ekstraksi dengan tenaga kerja lokal dan, pada gilirannya, memungut pajak dari subjek baru.
    • Kompetisi kekaisaran. Berbagai kerajaan Eropa bersaing satu sama lain untuk mendapatkan kekuasaan, pengaruh dan kendali atas jalur laut dan sumber daya ekonomi. Hal ini melibatkan perselisihan mengenai wilayah di Eropa dan, khususnya, persaingan dalam perolehan dan eksploitasi wilayah di Afrika, Amerika dan Asia.
    • Eksplorasi dunia dan sains. Bangkitnya rasionalisme dan kemampuan manusia dalam mentransformasikan realitas di sekitarnya (sains dan teknologi) memerlukan bahan-bahan baru untuk diketahui dan diolah, guna mengakumulasi potensi industri yang akan memberikan keunggulan dibandingkan kerajaan lain.
    • Etnosentrisme. Ideologi yang berlaku di Eropa membentuk superioritas masyarakat Eropa dibandingkan masyarakat lainnya. Ciri-ciri yang menjadi ciri cara hidup mereka dipandang sebagai tolok ukur peradaban dan kemajuan dibandingkan dengan dinamika sosial di berbagai belahan dunia. Dengan ideologi ini, proses akulturasi (pemaksaan budaya) dan penghapusan adat istiadat setempat dimaafkan.

Anda mungkin tertarik pada: Revolusi Industri Kedua

Faktor Ekonomi

  1. Mencari Sumber Daya: Negara-negara industri memerlukan bahan mentah seperti minyak, karet, dan logam untuk menggerakkan pabrik mereka. Wilayah yang kaya akan sumber daya alam menjadi target utama imperialisme.
  2. Pasar Baru: Dengan produksi yang meningkat, negara-negara industri membutuhkan pasar baru untuk menjual produk mereka. Koloni menjadi pasar yang penting untuk produk-produk tersebut.

Faktor Politik

  1. Kekuatan dan Prestise: Kekuasaan atas koloni sering kali dianggap sebagai simbol kekuatan dan prestise nasional. Negara-negara Eropa berlomba-lomba memperluas wilayah mereka untuk menunjukkan dominasi.
  2. Keamanan: Beberapa negara merasa bahwa menguasai wilayah asing dapat meningkatkan keamanan nasional mereka dengan mendirikan pangkalan militer dan mengontrol rute perdagangan strategis.

Faktor Sosial dan Budaya

  1. Misi Peradaban: Banyak imperialis meyakini bahwa mereka membawa peradaban, agama, dan budaya yang lebih tinggi kepada masyarakat yang mereka jajah. Ini sering kali digunakan sebagai pembenaran moral untuk eksploitasi dan penindasan.
  2. Rasisme dan Darwinisme Sosial: Keyakinan bahwa ras atau budaya tertentu lebih unggul dari yang lain mendorong praktik imperialisme. Teori Darwinisme Sosial digunakan untuk mendukung gagasan bahwa bangsa yang lebih kuat berhak menguasai yang lebih lemah.

Bentuk-Bentuk Imperialisme

Kolonialisme

Kolonialisme adalah bentuk paling langsung dan kasar dari imperialisme, di mana suatu negara mendirikan koloni di wilayah lain, sering kali dengan mengusir atau menindas penduduk asli. Contoh terkenal termasuk kekuasaan Inggris atas India dan kekuasaan Prancis di Afrika Utara.

Protektorat

Dalam protektorat, wilayah yang dijajah mempertahankan pemerintahannya sendiri, tetapi berada di bawah kendali atau pengaruh negara imperialis dalam hal kebijakan luar negeri dan sering kali juga dalam kebijakan dalam negeri. Contoh protektorat termasuk Mesir di bawah kendali Inggris.

Pengaruh Ekonomi

Beberapa bentuk imperialisme tidak melibatkan kontrol politik langsung, tetapi lebih pada dominasi ekonomi. Negara imperialis mengendalikan ekonomi wilayah tersebut melalui perusahaan-perusahaan besar dan monopoli perdagangan. Contohnya adalah pengaruh ekonomi Amerika Serikat di Amerika Latin pada awal abad ke-20.

Imperialisme Budaya

Imperialisme budaya melibatkan penyebaran budaya, bahasa, dan nilai-nilai negara imperialis ke wilayah yang dikuasai. Ini dapat terjadi melalui media, pendidikan, dan agama. Contohnya adalah penyebaran bahasa Inggris dan budaya Barat di berbagai belahan dunia.

Dampak Imperialisme

Dampak Ekonomi

  1. Eksploitasi Sumber Daya: Sumber daya alam di wilayah jajahan dieksploitasi untuk keuntungan negara imperialis, sering kali tanpa memperhatikan kesejahteraan penduduk lokal.
  2. Pembangunan Infrastruktur: Meskipun sering kali dimaksudkan untuk memudahkan eksploitasi, pembangunan infrastruktur seperti jalan, rel kereta, dan pelabuhan juga membawa beberapa manfaat bagi wilayah jajahan.

Dampak Sosial dan Budaya

  1. Perubahan Sosial: Struktur sosial di wilayah jajahan sering kali mengalami perubahan drastis, dengan munculnya kelas sosial baru dan hilangnya tradisi lokal.
  2. Asimilasi dan Resistensi: Sementara beberapa kelompok menerima dan mengadopsi budaya imperialis, yang lain menolak dan melawan, sering kali melalui gerakan nasionalis.

Dampak Politik

  1. Penindasan dan Kekerasan: Penjajahan sering kali disertai dengan penindasan dan kekerasan terhadap penduduk lokal, termasuk kerja paksa, pembantaian, dan genosida.
  2. Gerakan Kemerdekaan: Pengalaman penjajahan memicu gerakan kemerdekaan di banyak wilayah, yang sering kali berujung pada konflik dan perang kemerdekaan.

Imperialisme dan kolonialisme

Imperialisme didasarkan pada penaklukan masyarakat lain.

Istilah “imperialisme” dan “kolonialisme” sering digunakan secara sinonim. Namun, terkadang para ahli menggunakannya secara berbeda.

Secara umum, dalam historiografi, istilah “ imperialisme ” digunakan untuk membicarakan ideologi, periode, dan pengaruh kerajaan Eropa terhadap seluruh dunia. Selain itu, tahapan yang mencakup percepatan persaingan Eropa untuk menguasai wilayah antara tahun 1870 dan 1914 juga ditekankan.

Di sisi lain, istilah “ kolonialisme ” biasanya lebih sering digunakan untuk merujuk secara spesifik pada proses yang dilakukan oleh suatu negara asing untuk memaksakan diri menguasai suatu wilayah. Artinya, mengacu pada mekanisme eksploitasi yang dilakukan oleh kota metropolitan (negara kolonial atau kekaisaran) terhadap koloni (wilayah yang ditaklukkan atau dijajah).

Beberapa penulis berpendapat bahwa imperialisme dapat terjadi tanpa kolonialisme. Dalam hal ini, istilah “imperialisme” digunakan untuk berbicara tentang dominasi imperial melalui penerapan hubungan yang tidak setara antara dua negara berdaulat. Sebaliknya, istilah “kolonialisme” digunakan untuk merujuk pada Negara imperial yang menindas keberadaan Negara subjek (atau hanya mengizinkan keberadaannya sebagai Negara kolonial).

Lebih lanjut di: Kolonialisme

Imperialisme dan kapitalisme

Banyak penulis berpendapat bahwa imperialisme merupakan faktor penentu perkembangan Revolusi Industri dan konsolidasi kapitalisme di seluruh dunia. Negara-negara Eropa yang berbeda memperoleh sumber energi dan sumber daya yang diperlukan untuk pengembangan industri melalui pengambilalihan wilayah dan kekayaan negara-negara yang menjadi sasarannya.

Pengambilalihan ini menghasilkan kesenjangan struktural yang membentuk superioritas politik dan ekonomi negara-negara Barat atas negara-negara yang menjadi sasarannya, terutama dalam kaitannya dengan Afrika dan Amerika Latin.

Seiring berjalannya waktu, ketidaksetaraan antara kekuatan kekaisaran dan koloni semakin terkonsolidasi. Sedemikian rupa sehingga bahkan setelah jatuhnya imperialisme (pertengahan abad ke-20), negara-negara yang menjadi sasaran kekaisaran terus menderita akibat-akibatnya hingga saat ini.

Ikuti dengan:

    • perang dunia
    • Perbedaan antara imperialisme dan kolonialisme
    • perekonomian kolonial

Referensi untuk Penelitian Lebih Lanjut

Untuk penelitian lebih lanjut tentang imperialisme, berikut beberapa referensi yang dapat digunakan:

  1. Hobson, J. A. (1902). Imperialism: A Study. James Pott & Company.
  2. Lenin, Vladimir Ilyich. (1917). Imperialism, the Highest Stage of Capitalism. Progress Publishers.
  3. Said, Edward. (1978). Orientalism. Pantheon Books.
  4. Porter, Andrew. (1999). European Imperialism, 1860-1914. Palgrave Macmillan.
  5. Johnson, Robert. (2003). British Imperialism. Palgrave Macmillan.
    • Ackermann, SAYA, Schroeder, MJ, dkk. (2008). 1750 hingga 1900 dan Afrika, imperialisme dan pemisahan. Ensiklopedia Sejarah Dunia. Era Revolusi dan Kekaisaran . Jilid IV. Fakta di File .
    • Editor Ensiklopedia Britannica. (2023). Imperialisme. Ensiklopedia Britannica . https://www.britannica.com/
    • Mommsen, WJ (1995). Era imperialisme . abad XXI.

Kesimpulan

Imperialisme adalah salah satu kekuatan utama yang membentuk sejarah dunia modern. Dengan berbagai bentuk dan motivasi, imperialisme membawa perubahan besar dalam struktur ekonomi, sosial, dan politik di banyak wilayah. Meskipun beberapa negara mengalami pembangunan infrastruktur dan modernisasi, imperialisme juga menyebabkan eksploitasi, penindasan, dan konflik yang dampaknya masih dirasakan hingga hari ini. Penelitian lebih lanjut tentang imperialisme memberikan wawasan yang berharga tentang dinamika kekuasaan global dan dampak jangka panjang dari dominasi asing.

FAQs tentang Imperialisme

Apa itu Imperialisme?

Imperialisme adalah kebijakan atau praktik negara-negara yang lebih kuat untuk memperluas pengaruh, kekuasaan, dan kontrol mereka atas negara-negara lain, baik secara politik, ekonomi, maupun militer. Tujuan utama imperialisme adalah untuk mendapatkan sumber daya alam, pasar baru, dan keuntungan politik.

Apa yang menjadi pemicu Imperialisme?

Pemicu utama imperialisme adalah keinginan negara-negara kuat untuk memperoleh keuntungan ekonomi, seperti sumber daya alam, pasar baru, dan tenaga kerja murah. Selain itu, faktor-faktor politik, militer, dan ideologi juga dapat mempengaruhi keputusan untuk melakukan imperialisme.

Apa perbedaan antara kolonialisme dan imperialisme?

Kolonialisme adalah bentuk khusus dari imperialisme di mana negara-negara kuat mendirikan koloni di wilayah-wilayah jajahan untuk mengambil alih kontrol langsung atas sumber daya dan penduduknya. Sedangkan, imperialisme lebih luas dalam arti bahwa negara-negara kuat dapat menggunakan berbagai cara untuk memperluas pengaruh dan kekuasaan mereka di luar wilayah jajahan.

Apa dampak dari Imperialisme?

Imperialisme memiliki dampak yang luas dan kompleks. Beberapa dampaknya termasuk penindasan dan eksploitasi rakyat di wilayah jajahan, perubahan politik dan ekonomi di negara-negara yang dijajah, perubahan dalam budaya dan identitas masyarakat, konflik antar negara, dan perkembangan gerakan anti-imperialisme.

Bagaimana Imperialisme mempengaruhi wilayah jajahan?

Imperialisme dapat mempengaruhi wilayah jajahan dengan berbagai cara. Negara-negara imperialis sering kali mengeksploitasi sumber daya alam dan tenaga kerja di wilayah tersebut untuk kepentingan mereka sendiri. Masyarakat lokal juga dapat mengalami penindasan politik dan ekonomi, kehilangan hak-hak yang mereka miliki sebelumnya, dan perubahan dalam struktur sosial dan budaya.

Apa yang dimaksud dengan gerakan anti-imperialisme?

Gerakan anti-imperialisme adalah gerakan politik dan sosial yang melawan dan menentang praktik imperialisme, baik di dalam maupun di luar wilayah jajahan. Gerakan ini berusaha untuk membebaskan wilayah-wilayah yang dijajah, mendapatkan kemerdekaan politik dan ekonomi, dan mempromosikan persamaan dan keadilan global.

Bagaimana Imperialisme mempengaruhi hubungan antar negara?

Imperialisme dapat mempengaruhi hubungan antar negara dengan menciptakan ketegangan dan konflik. Negara-negara yang mendominasi dan menguasai wilayah jajahan dapat bersaing untuk mengamankan sumber daya dan pengaruh di berbagai wilayah. Ini dapat menyebabkan konflik diplomatik, ekonomi, dan bahkan perang antara negara-negara imperialistik.

Apa peranan ideologi dalam praktik Imperialisme?

Ideologi sering kali digunakan sebagai pembenaran oleh negara-negara imperialis dalam menjalankan praktik imperialisme. Ideologi seperti nasionalisme, superioritas ras, atau misi sipilisasi digunakan untuk meyakinkan publik bahwa tindakan imperialis adalah benar dan bermanfaat bagi negara mereka. Namun, ideologi ini juga dapat digunakan untuk membenarkan penindasan dan eksploitasi.

Apakah Imperialisme masih ada dalam bentuk lain di zaman modern?

Meskipun bentuk imperialisme klasik seperti kolonialisme telah berkurang, konsep dan praktik imperialisme masih ada dalam bentuk lain di zaman modern. Negara-negara kuat masih berusaha untuk memperluas pengaruh dan kekuasaan mereka melalui diplomasi, ekonomi, dan intervensi militer di negaraStay in character.