Pengendalian Sosial Represif dan Contohnya

Dalam kehidupan bermasyarakat, aturan dan norma sosial sangat diperlukan agar tercipta keteraturan dan harmoni. Namun, tidak semua individu mematuhi aturan yang berlaku. Oleh karena itu, masyarakat dan pemerintah menerapkan pengendalian sosial untuk menjaga agar setiap anggota masyarakat tetap berada dalam batas-batas norma yang telah ditentukan.

Salah satu bentuk pengendalian sosial yang sering digunakan adalah pengendalian sosial represif. Pengendalian ini bertujuan untuk menghukum, menindak, atau memperbaiki perilaku yang telah menyimpang, agar individu atau kelompok tersebut kembali mengikuti norma yang berlaku.

Artikel ini akan membahas pengertian, tujuan, bentuk-bentuk, serta contoh nyata dari pengendalian sosial represif dalam kehidupan sehari-hari.


1. Pengertian Pengendalian Sosial Represif

Apa Itu Pengendalian Sosial Represif?

Pengendalian sosial represif adalah bentuk pengendalian sosial yang dilakukan setelah terjadi pelanggaran terhadap norma atau aturan yang berlaku dalam masyarakat. Tujuan utama dari pengendalian ini adalah memberikan sanksi atau hukuman kepada pelaku penyimpangan, agar mereka tidak mengulangi perbuatannya di masa depan.

Berbeda dengan pengendalian sosial preventif, yang dilakukan untuk mencegah terjadinya penyimpangan, pengendalian sosial represif lebih menitikberatkan pada penindakan setelah pelanggaran terjadi.

Tujuan Pengendalian Sosial Represif

  • Menghukum pelaku penyimpangan agar menyadari kesalahannya.

  • Memberikan efek jera kepada individu atau kelompok yang melanggar norma.

  • Mengembalikan ketertiban sosial yang terganggu akibat perilaku menyimpang.

  • Menunjukkan kepada masyarakat bahwa norma dan aturan harus dihormati dan dipatuhi.

Contoh Ilustratif

Seorang pencuri yang tertangkap basah mencuri di sebuah toko dihukum dengan kurungan penjara. Hukuman ini diberikan agar ia menyadari bahwa mencuri adalah tindakan yang melanggar hukum dan agar orang lain tidak mengikuti jejaknya.


2. Bentuk-Bentuk Pengendalian Sosial Represif

Pengendalian sosial represif dapat dilakukan dalam berbagai bentuk, tergantung pada tingkat pelanggaran yang dilakukan. Beberapa bentuk utama pengendalian sosial represif meliputi hukuman hukum, hukuman sosial, serta tindakan fisik atau psikologis.


A. Pengendalian Sosial melalui Hukum (Sanksi Hukum)

Salah satu bentuk pengendalian sosial represif yang paling umum adalah sanksi hukum, yang melibatkan lembaga resmi seperti kepolisian, pengadilan, dan lembaga pemasyarakatan.

Jenis sanksi hukum dapat berupa:

  • Hukuman pidana: Penjara, denda, atau kerja sosial bagi pelanggar hukum.

  • Hukuman perdata: Ganti rugi atau kompensasi bagi pihak yang dirugikan.

  • Hukuman administratif: Teguran, pencabutan izin usaha, atau pemecatan dari jabatan.

Contoh Ilustratif

Seorang pengemudi tertangkap mengemudi dalam keadaan mabuk dan menyebabkan kecelakaan. Ia kemudian dijatuhi hukuman penjara selama 2 tahun dan denda sebesar Rp10 juta sesuai dengan hukum lalu lintas yang berlaku.


B. Pengendalian Sosial melalui Hukuman Sosial

Selain sanksi hukum, masyarakat juga menerapkan sanksi sosial bagi individu yang melakukan pelanggaran norma. Hukuman sosial ini biasanya bersifat tidak resmi, tetapi tetap efektif dalam memberikan efek jera kepada pelaku penyimpangan.

Bentuk-bentuk hukuman sosial:

  • Pengucilan: Pelaku dijauhi oleh lingkungan sekitar.

  • Cemoohan atau kritik sosial: Pelaku diejek atau dipermalukan karena perbuatannya.

  • Pemberian cap negatif: Pelaku dianggap sebagai orang yang tidak bisa dipercaya atau buruk di mata masyarakat.

Contoh Ilustratif

Seorang pejabat desa tertangkap menerima suap untuk mempercepat izin usaha. Meskipun ia tidak dipenjara, warga desa mulai menghindarinya dan tidak lagi mempercayainya untuk urusan publik. Akibatnya, ia merasa dikucilkan dan kehilangan kredibilitasnya di masyarakat.


C. Pengendalian Sosial melalui Tindakan Fisik atau Psikologis

Dalam beberapa kasus, pengendalian sosial represif juga dapat berupa hukuman fisik atau psikologis. Tindakan ini sering digunakan dalam lingkungan tertentu, seperti di keluarga, sekolah, atau lembaga disiplin lainnya.

Bentuk tindakan fisik atau psikologis:

  • Hukuman fisik: Seperti pemukulan ringan dalam beberapa sistem disiplin (misalnya di militer atau penjara).

  • Hukuman psikologis: Seperti teguran keras, intimidasi, atau rasa bersalah yang diberikan kepada pelaku agar mereka sadar atas kesalahannya.

Contoh Ilustratif

Di sebuah sekolah, seorang siswa kedapatan menyontek saat ujian. Sebagai bentuk pengendalian sosial represif, guru memutuskan untuk membatalkan nilai ujiannya dan memberinya peringatan keras agar ia tidak mengulangi perbuatannya.


3. Contoh Nyata Pengendalian Sosial Represif dalam Kehidupan Sehari-Hari

A. Hukuman bagi Pelaku Kejahatan

Di berbagai negara, orang yang terbukti melakukan kejahatan seperti pencurian, penipuan, atau pembunuhan akan dikenakan sanksi hukum berupa penjara atau denda.

Contoh:
Seorang koruptor yang mencuri uang negara dijatuhi hukuman penjara 10 tahun dan denda miliaran rupiah agar ada efek jera dan masyarakat memahami bahwa korupsi adalah kejahatan serius.


B. Teguran dan Pengusiran dalam Masyarakat Adat

Di beberapa komunitas adat, orang yang melanggar aturan adat dapat dikenakan hukuman berupa pengusiran dari desa atau teguran keras dari tetua adat.

Contoh:
Di sebuah desa adat di Bali, seorang warga yang melanggar aturan kesopanan dalam upacara keagamaan diberikan teguran keras oleh pemuka adat dan dilarang ikut dalam upacara berikutnya.


C. Pemecatan dalam Dunia Kerja

Dalam dunia kerja, karyawan yang terbukti melakukan pelanggaran serius, seperti korupsi atau pelecehan seksual, bisa dipecat sebagai bentuk pengendalian sosial represif.

Contoh:
Seorang pegawai di sebuah perusahaan tertangkap mencuri barang kantor untuk dijual kembali. Sebagai hukuman, ia dipecat dari pekerjaannya dan dilaporkan ke pihak berwajib.


4. Perbedaan Pengendalian Sosial Represif dan Preventif

Aspek Pengendalian Sosial Represif Pengendalian Sosial Preventif
Waktu Pelaksanaan Setelah terjadi penyimpangan Sebelum terjadi penyimpangan
Tujuan Menghukum atau menindak pelaku pelanggaran Mencegah agar pelanggaran tidak terjadi
Contoh Penjara bagi pencuri, pemecatan bagi koruptor Pendidikan moral, kampanye anti-narkoba

Kesimpulan

Pengendalian sosial represif adalah cara masyarakat menindak perilaku menyimpang setelah pelanggaran terjadi. Fungsi utama dari pengendalian ini adalah untuk menghukum, memberikan efek jera, dan mengembalikan ketertiban sosial.

Bentuk-bentuk pengendalian sosial represif meliputi:

  1. Sanksi hukum, seperti hukuman penjara dan denda.

  2. Hukuman sosial, seperti pengucilan atau cemoohan.

  3. Tindakan fisik atau psikologis, seperti teguran keras atau pembatalan nilai ujian.

Dengan adanya pengendalian sosial represif, masyarakat dapat memastikan bahwa norma dan aturan tetap dihormati, serta mencegah individu lain melakukan pelanggaran serupa di masa depan.