Strukturalisme – Konsep, karakteristik dan perwakilan

Strukturalisme adalah pendekatan dalam ilmu sosial dan humaniora yang menekankan pentingnya struktur dalam memahami fenomena sosial, budaya, dan bahasa. Pendekatan ini berfokus pada hubungan antara unsur-unsur dalam sistem dan bagaimana struktur tersebut membentuk makna dan fungsi. Salah satu pendiri strukturalisme adalah Ferdinand de Saussure, seorang ahli linguistik yang mengembangkan konsep-konsep tentang tanda linguistik dan struktur bahasa. Kontribusinya sangat berpengaruh dalam perkembangan strukturalisme.

Strukturalisme

Strukturalisme adalah pendekatan dalam bidang ilmu sosial dan humaniora yang menekankan pentingnya struktur dalam memahami fenomena sosial, budaya, dan bahasa. Pendekatan ini berfokus pada hubungan antara unsur-unsur dalam sistem dan bagaimana struktur tersebut membentuk makna dan fungsi. Strukturalisme mempengaruhi banyak disiplin ilmu, termasuk antropologi, linguistik, sastra, dan psikologi.

Claude Lévi-Strauss adalah pendiri antropologi struktural.

Apa itu strukturalisme?

Strukturalisme merupakan aliran filosofis yang mengemukakan pemikiran dari analisis struktur.

Bagi kaum strukturalis, setiap objek atau sistem tersusun atas suatu struktur yang berfungsi sebagai satu kesatuan yang bagian-bagiannya saling berkaitan satu sama lain. Strukturalisme berupaya mengidentifikasi struktur-struktur yang menjadi objek kajiannya, apa pun objeknya.

Namun, strukturalisme bukanlah aliran pemikiran formal (yaitu aliran yang dianut oleh berbagai pemikir). Strukturalisme adalah cara penelitian yang digunakan dalam berbagai ilmu sosial.

Selama paruh kedua abad ke-20, strukturalisme menjadi populer hingga menjadi metode yang paling banyak digunakan dalam studi bahasa, budaya, dan masyarakat.

Lihat juga: Struktur

Simpulan

Strukturalisme adalah sebuah pendekatan dalam ilmu sosial, linguistik, antropologi, dan bidang-bidang lain yang berusaha memahami elemen-elemen mendasar dari budaya manusia dengan menganalisis struktur yang mendasari fenomena-fenomena tersebut. Pendekatan ini menekankan bahwa elemen-elemen budaya manusia tidak bisa dipahami secara terisolasi, melainkan harus dipahami sebagai bagian dari suatu sistem yang saling berhubungan.

Asal Usul dan Perkembangan

Strukturalisme pertama kali muncul pada awal abad ke-20 dan mendapatkan popularitas yang signifikan pada pertengahan abad tersebut. Pendekatan ini sangat dipengaruhi oleh karya Ferdinand de Saussure, seorang linguis Swiss yang dianggap sebagai bapak strukturalisme dalam linguistik. Saussure mengemukakan bahwa bahasa adalah sebuah sistem tanda yang terdiri dari hubungan antara penanda (bentuk atau suara kata) dan petanda (konsep atau makna kata).

Perkembangan dalam Linguistik

Dalam linguistik, Saussure menekankan pentingnya mempelajari bahasa sebagai sebuah sistem yang terstruktur, bukan sebagai kumpulan elemen yang terpisah-pisah. Ide ini kemudian dikembangkan lebih lanjut oleh para linguis lain seperti Roman Jakobson dan Claude Lévi-Strauss, yang menerapkan prinsip-prinsip strukturalisme dalam studi budaya dan mitologi.

Strukturalisme dalam Antropologi

Claude Lévi-Strauss adalah tokoh kunci dalam penerapan strukturalisme dalam antropologi. Ia berargumen bahwa struktur-struktur yang mendasari budaya manusia dapat ditemukan dalam pola pikir kolektif, mitos, dan ritual. Dengan menganalisis struktur-struktur ini, Lévi-Strauss berusaha memahami cara-cara di mana masyarakat manusia membentuk makna dan berinteraksi satu sama lain.

Prinsip-Prinsip Dasar Strukturalisme

  1. Struktur Mendahului Fungsi: Strukturalisme menekankan bahwa elemen-elemen dalam suatu sistem budaya atau linguistik harus dipahami dalam konteks struktur yang lebih besar. Struktur ini menentukan fungsi dan makna elemen-elemen tersebut.
  2. Relasi Antar Elemen: Fokus utama strukturalisme adalah pada hubungan antara elemen-elemen dalam suatu sistem. Elemen-elemen ini saling berhubungan dan membentuk suatu jaringan kompleks yang memberikan makna.
  3. Analisis Sinkronis: Strukturalisme sering menggunakan pendekatan sinkronis, yaitu menganalisis sistem pada satu titik waktu tertentu, daripada menganalisis perubahan dari waktu ke waktu (pendekatan diakronis).
  4. Tanda dan Makna: Dalam linguistik strukturalis, tanda terdiri dari penanda dan petanda. Hubungan antara penanda dan petanda adalah arbitrer namun konvensional dan diterima oleh masyarakat.

Apa yang diusulkan oleh strukturalisme?

Bagi strukturalisme, makna sesuatu ditentukan oleh struktur internalnya. Struktur internal suatu benda atau gagasan adalah sekumpulan sistem yang beroperasi di dalamnya dan dapat dipelajari secara terpisah meskipun keduanya bekerja sama.

Dalam hal ini, kebaruan pendekatan ini bukanlah memperkenalkan gagasan struktur, yang sudah ada dalam pemikiran Barat sejak awal, melainkan menggunakannya untuk menghilangkan konsep apa pun yang ingin mengatur realitas.

Sejarah strukturalisme

Strukturalisme lahir melalui Mata Kuliah Linguistik Umum , oleh Ferdinand de Saussure (1857-1913). Linguistik Saussurean menganggap bahasa sebagai suatu sistem tanda dan makna, yang terkait secara sewenang-wenang.

Kedua konsep ini, sistem dan kesewenang-wenangan, merupakan inti dari pemahaman gagasan struktur . Bagi kaum strukturalis, analisis hubungan sewenang-wenang suatu sistem menghasilkan struktur dominannya.

Karya Saussure mempunyai dampak yang menentukan pada karya para pendiri formal strukturalisme: antropolog Claude Lévi-Strauss, psikoanalis Jacques Lacan, semiolog Roland Barthes, filsuf dan epistemolog Michel Foucault, dan filsuf Marxis Louis Althusser.

Perluasan strukturalisme terjadi berkat karya para pemikir tersebut. Karya ahli bahasa Roman Jakobson, yang sangat mempengaruhi Lévi-Strauss, juga merupakan faktor penentu.

Ini mungkin membantu Anda: Disiplin filsafat

Aliran strukturalisme dan ciri-cirinya

Semua aliran strukturalis mengemukakan gagasan bahwa segala sesuatu terdiri dari struktur. Cara mereka diorganisasikan itulah yang menghasilkan makna dan makna dari segala sesuatu.

Lebih lanjut, bagi strukturalisme pada umumnya, struktur menentukan kedudukan unsur-unsur dalam sistem, dan tidak terlihat sekilas.

Namun strukturalisme dapat dilihat dari tiga perspektif atau aliran pemikiran utama: strukturalisme linguistik, antropologis, dan Marxis.

  • Strukturalisme linguistik. Diwakili oleh Saussure dan Jakobson, strukturalisme linguistik mempelajari bahasa, yang merupakan sistem tanda. Aliran ini berpendapat bahwa bahasa adalah suatu sistem sosial dan homogen, yang berbeda dengan tuturan, yang merupakan tindakan individual dan heterogen yang dengannya bahasa berinteraksi.
  • Strukturalisme Antropologi. Diwakili oleh Lévi-Strauss, strukturalisme antropologis menganalisis manusia dan masyarakat sebagai struktur yang sistematis. Dasar dari struktur-struktur ini tetap tersembunyi atau mendasari, dan oleh karena itu tugas antropolog adalah mengungkap karakteristik masing-masing struktur.
  • Strukturalisme Marxis. Diwakili oleh Althusser dan filsuf Marxis lainnya, strukturalisme Marxis berpendapat bahwa pendiri strukturalisme bukanlah Saussure melainkan Karl Marx. Marxisme percaya bahwa struktur tidak boleh disamakan dengan hubungan nyata dari bagian-bagian sistem yang membentuk masyarakat.

Perwakilan strukturalisme

Ada banyak penulis yang bekerja berdasarkan ide-ide strukturalis. Namun yang paling penting adalah Ferdinand de Saussure dan Claude Lévi-Strauss, dua penulis yang membentuk strukturalisme.

  • Ferdinand de Saussure (1857-1913). Ia menjadi terkenal karena Kursus Linguistik Umum (1916), sebuah publikasi anumerta yang meletakkan dasar bagi linguistik struktural. Saussure mengusulkan untuk menganggap bahasa sebagai suatu sistem, yang terdiri dari petanda dan penanda, dua bagian dari setiap tanda, tidak dapat dipisahkan, berlawanan dan saling melengkapi.
  • Claude Levi-Strauss (1908-2009). Ia menjadi tokoh sentral dalam disiplin ilmunya pada pertengahan abad ke-20 sebagai pendiri antropologi struktural. Hal ini didasarkan pada apa yang dikembangkan oleh Saussure dan aliran Formalisme Rusia (yang mana Roman Jakobson menjadi bagiannya). Tesisnya yang terkenal tentang “struktur dasar kekerabatan” merupakan upaya pertama yang berhasil menerapkan pemikiran strukturalis ke dalam bidang antropologi.

Tokoh strukturalisme penting lainnya adalah Jacques Lacan (1901-1981), Louis Althusser (1918-1990), Jacques Derrida (1930-2004), yang sering dikaitkan dengan post-strukturalisme, dan Roman Jakobson.

Strukturalisme dan fungsionalisme

Fungsionalisme adalah aliran teoretis yang muncul pada tahun 1930 di Inggris, terkait dengan karya Émile Durkheim (1858-1917). Prinsip dasarnya adalah pemahaman masyarakat manusia sebagai “organisme”, dan bukan sebagai struktur.

Sebagai sebuah organisme, masyarakat mampu menerapkan proses-proses yang diperlukan untuk melindungi dirinya sendiri: menangani konflik dan penyimpangan, mengatur keseimbangan sosial, dan memberikan peran pada bagian-bagiannya dalam sistem sosial.

Karena kesamaan antara gagasan tentang struktur dan organisme, arus selanjutnya yang dikembangkan oleh antropologi sosial Inggris berkat penelitian Bronislaw Malinowski dan Alfred Radcliffe-Brown, serta sosiolog Amerika Talcott Parsons, dikenal sebagai “fungsionalisme strukturalis”.

Lebih lanjut di: Fungsionalisme

Pengaruh dan Kritik

Strukturalisme memiliki pengaruh yang luas dalam berbagai bidang studi, termasuk sastra, psikologi, dan sosiologi. Namun, pendekatan ini juga menghadapi kritik, terutama dari para pos-strukturalis seperti Jacques Derrida dan Michel Foucault. Mereka berargumen bahwa strukturalisme terlalu kaku dan mengabaikan dinamika perubahan serta kekuasaan dalam budaya manusia.

Kritik Utama

  1. Determinisme Struktur: Kritikus berpendapat bahwa strukturalisme terlalu menekankan determinisme struktur dan mengabaikan agen individu serta kebebasan manusia dalam membentuk budaya.
  2. Kurangnya Perhatian pada Sejarah: Strukturalisme cenderung mengabaikan aspek historis dan perubahan dari waktu ke waktu, yang dianggap penting untuk memahami perkembangan budaya dan masyarakat.
  3. Kompleksitas Makna: Pos-strukturalis menekankan bahwa makna tidak tetap dan selalu bergeser, berbeda dengan pandangan strukturalis yang melihat makna sebagai sesuatu yang relatif stabil dalam konteks struktur.

Kesimpulan

Strukturalisme merupakan pendekatan penting dalam memahami budaya dan bahasa manusia. Dengan menekankan pentingnya struktur dan hubungan antar elemen, pendekatan ini memberikan wawasan mendalam tentang cara-cara di mana makna dibentuk dan dipertahankan dalam masyarakat. Meskipun menghadapi kritik, warisan strukturalisme tetap berpengaruh dalam berbagai disiplin ilmu hingga saat ini.