Egosentrisme – Konsep, gangguan narsistik dan rekomendasi

Relevant Data:

  • Fase perkembangan: Egosentrisme adalah fenomena yang umum terjadi pada anak-anak dalam tahap perkembangan kognitif awal, seperti pada usia prasekolah. Pada tahap ini, anak-anak cenderung melihat dunia hanya dari perspektif mereka sendiri dan kurang mampu memahami pandangan orang lain.
  • Dampak sosial: Egosentrisme dapat menghambat komunikasi dan kerjasama dalam hubungan sosial. Orang yang egois cenderung tidak peka terhadap perasaan dan kebutuhan orang lain, yang dapat menyebabkan konflik, kesalahpahaman, atau isolasi sosial.

Explanation:
EGOSENTRISME

Egosentrisme adalah kecenderungan individu untuk melihat dunia hanya dari perspektif diri sendiri. Orang yang egois cenderung menganggap pandangan dan pengalaman mereka sebagai yang paling penting dan benar, sementara mengabaikan atau tidak memperhatikan pandangan, perasaan, atau kebutuhan orang lain. Egosentrisme terutama ditemukan pada tahap perkembangan kognitif awal, seperti pada anak-anak prasekolah.

Pada tahap perkembangan ini, anak-anak belum sepenuhnya berkembang dalam kemampuan untuk memahami dan mengambil perspektif orang lain. Mereka melihat dunia hanya dari sudut pandang mereka sendiri dan tidak dapat dengan mudah memahami bahwa orang lain memiliki pandangan dan pengalaman yang berbeda. Misalnya, anak yang egois mungkin berpikir bahwa semua orang berbagi pemahaman dan pengetahuan yang sama seperti yang mereka miliki.

Namun, egoisme tidak terbatas pada anak-anak. Beberapa orang dewasa juga dapat menunjukkan ciri-ciri egosentris, baik karena kurangnya kemampuan atau keengganan mereka untuk memperhatikan pandangan orang lain. Orang yang egois cenderung cenderung memprioritaskan keinginan dan kebutuhan mereka sendiri tanpa memperhatikan orang lain, yang dapat menghambat hubungan sosial dan mempengaruhi komunikasi yang efektif.

Egosentrisme dapat memiliki dampak negatif pada hubungan sosial. Ketika seseorang hanya fokus pada diri sendiri dan tidak memperhatikan atau memahami pandangan orang lain, hal ini dapat menyebabkan kesalahpahaman, konflik, atau isolasi sosial. Hubungan yang sehat dan saling mendukung membutuhkan kemampuan untuk melihat dunia dari perspektif orang lain, memahami perasaan dan kebutuhan mereka, serta berkomunikasi dengan empati.

Mengatasi egosentrisme melibatkan kesadaran diri dan usaha untuk memperluas pemahaman dan perspektif kita. Penting untuk melatih diri sendiri untuk mendengarkan dengan penuh perhatian, melihat dunia dari sudut pandang orang lain, dan menghargai perbedaan. Dengan mempraktikkan empati dan memperhatikan kebutuhan orang lain, kita dapat membangun hubungan yang lebih kuat, saling menghargai, dan saling mendukung.

Sumber:

  1. Piaget, J. (1952). “The Origins of Intelligence in Children.” International Universities Press.
  2. Selman, R. L. (2003). “The Growth of Interpersonal Understanding: Developmental and Clinical Analyses.” Academic Press.
  3. Hoffman, M. L. (2000). “Empathy and Moral Development: Implications for Caring and Justice.” Cambridge University Press.
Egosentrisme
Egosentrisme adalah kecenderungan individu untuk melihat dunia hanya dari perspektif diri sendiri. Orang yang egois cenderung mengabaikan atau tidak memperhatikan pandangan, perasaan, atau kebutuhan orang lain. Mereka cenderung merasa bahwa pandangan dan pengalaman mereka adalah yang paling penting dan benar. Egosentrisme dapat menghambat komunikasi dan mempengaruhi hubungan sosial yang sehat.

Orang yang egois menganggap pendapatnya lebih penting daripada pendapat orang lain.

Apa itu Egosentrisme?

Egosentrisme dapat diartikan sebagai peninggian berlebihan terhadap kepribadian seseorang yang dianggap sebagai pusat perhatian; atau aktivitas umum yang mereka lakukan dalam konteks tertentu, di depan orang lain. Kata ini berasal dari bahasa Latin, di mana ego berarti “aku”.

Orang egosentris adalah orang yang menganggap dirinya paling baik atau paling memenuhi syarat untuk menjalankan fungsi tertentu atau ketika membicarakan topik tertentu. Selain itu, mereka cenderung memiliki sikap tertentu seperti berbicara dan sering kali menekankan kemampuan, keterampilan, atau prestasi mereka.

Pada saat yang sama, dalam banyak kasus, orang egosentris cenderung percaya bahwa pendapat mereka lebih penting daripada pendapat orang lain dan oleh karena itu, perbedaan apa pun yang ada di antara mereka akan diremehkan atau diabaikan.

Lihat juga: Individualisme

Definisi

Egosentrisme adalah konsep psikologis yang menggambarkan kecenderungan seseorang untuk melihat dunia dari sudut pandangnya sendiri, sering kali tanpa memperhatikan atau memahami perspektif orang lain. Istilah ini berasal dari kata “ego” yang berarti diri sendiri dan “centric” yang berarti berpusat. Dalam konteks ini, egosentrisme mengacu pada fokus yang berlebihan pada diri sendiri, sering kali mengabaikan kebutuhan, perasaan, atau pandangan orang lain.

Egosentrisme pada anak

Bukan suatu kebetulan jika salah satu kata pertama yang dipelajari bayi adalah "milikku".
Bukan suatu kebetulan jika salah satu kata pertama yang dipelajari bayi adalah “milikku”.

Jean Piaget, seorang psikolog perkembangan terkenal, mengidentifikasi egosentrisme sebagai karakteristik utama dalam tahap praoperasional (usia 2-7 tahun) perkembangan anak. Menurut Piaget, anak-anak pada usia ini cenderung berpikir bahwa orang lain melihat dunia dengan cara yang sama seperti mereka. Sebagai contoh, seorang anak mungkin berpikir bahwa jika mereka tidak bisa melihat sesuatu, maka orang lain juga tidak bisa melihatnya.

Contoh klasik dari egosentrisme pada anak adalah permainan “hide and seek” di mana anak menutupi wajahnya dengan tangan dan percaya bahwa jika mereka tidak bisa melihat orang lain, maka orang lain juga tidak bisa melihat mereka. Ini menunjukkan bahwa mereka belum sepenuhnya mengembangkan kemampuan untuk memahami perspektif orang lain.

Ada hubungan erat antara egosentrisme dan anak-anak yang masih sangat kecil. Jean Piaget, seorang psikolog ternama asal Swiss, menyatakan bahwa semua anak kecil bersifat egosentris karena mereka belum mengembangkan kemampuan untuk memahami perbedaan pendapat dan keadaan orang lain dibandingkan dengan dirinya sendiri. Bukan suatu kebetulan bahwa salah satu kata pertama yang dipelajari bayi adalah “milikku” untuk digunakan dengan mainannya atau benda lain meskipun benda itu bukan miliknya.

Bagaimanapun, Piaget menjelaskan bahwa sikap ini ada pada anak-anak Ini bersifat sementara. Perilaku ini lebih sering terjadi pada bayi berusia antara 12 dan 24 bulan, namun bahkan bisa bertahan hingga usia lima tahun. Namun, banyak ahli yang menentang teori ini, dengan alasan bahwa Piaget melebih-lebihkan karakteristik anak-anak ini dalam penelitiannya; karena itu hanyalah visi spasial yang mereka miliki di usia yang begitu muda.

Egosentrisme pada Remaja dan Dewasa

Meskipun egosentrisme paling jelas terlihat pada anak-anak, bentuk tertentu dari egosentrisme juga dapat bertahan hingga remaja dan dewasa. Pada remaja, egosentrisme sering muncul dalam bentuk “imaginary audience” (penonton imajiner) di mana mereka merasa bahwa semua orang memperhatikan dan menilai mereka. Hal ini dapat menyebabkan perasaan cemas dan tidak aman, serta perilaku yang berusaha untuk mendapatkan perhatian dan pengakuan.

Pada orang dewasa, egosentrisme dapat muncul dalam berbagai bentuk, seperti kesulitan untuk melihat masalah dari perspektif orang lain, atau kecenderungan untuk memprioritaskan kebutuhan dan keinginan sendiri di atas orang lain. Meskipun tidak selalu negatif, egosentrisme yang berlebihan dapat mengganggu hubungan interpersonal dan menyebabkan konflik.

Egosentrisme dan Gangguan Narsistik (NPD)

Orang yang egosentris tidak bisa digolongkan sebagai orang yang menderita suatu patologi karena itu hanya cara bertindak. Namun, ketika sikap ini semakin intensif dan durasinya semakin lama serta praktis konstan, maka sikap tersebut harus dihentikan diklasifikasikan sebagai egosentrisme dan disebut Narsisme.

Gangguan narsistik ( NPD) didefinisikan sebagai pola umum kebesaran yang membutuhkan kekaguman terhadap diri sendiri dan orang lain dan tidak memiliki empati. Patologi ini biasanya dimulai pada usia muda dan dapat muncul dari berbagai konteks. Seperti kebanyakan penyakit, orang yang mengidapnya biasanya tidak dapat mengakui bahwa mereka menderita penyakit tersebut dan tidak dapat mengenali dirinya sebagai orang narsisis.

Beberapa ciri pengidap NPD antara lain keyakinan bahwa keberadaan dirinya hebat dan unik serta yakin bahwa dirinya adalah orang istimewa yang hanya boleh bergaul dengan orang yang memiliki karakteristik setara dan bukan dengan orang yang dianggap inferior. Seringkali, mereka cenderung menunjukkan sikap otoriter dan manipulatif serta menunjukkan perilaku arogan dan angkuh di depan orang lain.

Rekomendasi untuk sikap egosentris

Psikolog mampu mengidentifikasi masalah dan mengatasi rasa tidak aman pasien.
Psikolog mampu mengidentifikasi masalah dan mengatasi rasa tidak aman pasien.

Seperti yang telah kami jelaskan sebelumnya, untuk mencapai perubahan dalam sikap orang-orang yang egois, penting bagi mereka untuk menyadari masalahnya untuk mengubahnya. Disarankan agar seorang spesialis menemani orang tersebut dalam proses ini dan melanjutkan nasihatnya selama proses berlangsung.

Psikolog akan dapat mengidentifikasi akar masalahnya dan akan mengatasi rasa tidak aman dan rendah diri yang diderita sebagian besar pasien egosentris, menyembunyikan sikap mereka yang sangat berlawanan.

Jika Anda mengenal seseorang yang mempunyai ciri-ciri ini dan Anda bersedia membantu mereka, Anda harus mengakui pencapaian atau kelebihannya secara adil dan tidak menyanjungnya secara berlebihan. Berbicara dan menasihati orang yang egois sangatlah penting karena hal itu akan membantu mereka memahami situasi yang mereka hadapi dan betapa negatif dan berbahayanya hal itu bagi orang itu sendiri atau bagi orang-orang di sekitar mereka.

Mengatasi Egosentrisme

Salah satu cara untuk mengurangi egosentrisme adalah dengan mengembangkan empati. Empati adalah kemampuan untuk memahami dan merasakan apa yang dirasakan orang lain. Dengan mencoba memahami perspektif orang lain, seseorang dapat menjadi lebih sadar akan perasaan dan kebutuhan orang di sekitarnya.

Meningkatkan keterampilan komunikasi dapat membantu seseorang berbicara dan mendengarkan dengan lebih efektif. Mendengarkan dengan sungguh-sungguh dan tanpa prasangka dapat membuka pintu untuk melihat dunia dari sudut pandang orang lain.

Mengambil waktu untuk merenungkan tindakan dan motivasi diri sendiri dapat membantu seseorang mengenali pola pikir egosentris dan bekerja untuk mengubahnya. Menulis jurnal atau bermeditasi adalah cara yang baik untuk melakukan refleksi diri.

Terlibat dalam aktivitas sosial dan bekerja sama dengan orang lain dalam berbagai konteks dapat mengajarkan pentingnya kerjasama dan kompromi. Pengalaman ini dapat membantu mengurangi fokus yang berlebihan pada diri sendiri.

Kesimpulan

Egosentrisme adalah bagian alami dari perkembangan manusia, tetapi penting untuk mengenali dan mengelola kecenderungan ini seiring bertambahnya usia. Dengan mengembangkan empati, keterampilan komunikasi, refleksi diri, dan pengalaman sosial, seseorang dapat menjadi lebih peka terhadap perspektif orang lain dan membangun hubungan yang lebih harmonis dan saling menghormati.

Referensi

  • Piaget, J. (1952). The Origins of Intelligence in Children. New York: International Universities Press.
  • Elkind, D. (1967). Egocentrism in Adolescence. Child Development, 38(4), 1025-1034.
  • Berger, K. S. (2014). The Developing Person Through the Life Span (9th ed.). New York: Worth Publishers.

FAQs tentang Egosentrisme

Apa itu egosentrisme?

Egosentrisme adalah kecenderungan seseorang untuk melihat segala sesuatu dari perspektif dirinya sendiri dan mengabaikan atau kurang memperhatikan pandangan atau perasaan orang lain. Orang yang egosentris cenderung menganggap dirinya sebagai pusat dunia dan sulit menyadari atau memahami pandangan orang lain.

Apa perbedaan antara egosentrisme dan egoisme?

Egosentrisme dan egoisme memiliki perbedaan yang penting. Egosentrisme adalah kecenderungan untuk melihat dunia dari perspektif diri sendiri dan mengabaikan pandangan orang lain. Sementara itu, egoisme adalah orientasi yang lebih kepada kepentingan diri sendiri dan keinginan untuk memaksimalkan manfaat pribadi, tanpa memperhatikan atau mengabaikan kepentingan orang lain.

Mengapa egosentrisme penting untuk dipahami dalam konteks psikologi?

Egosentrisme penting untuk dipahami dalam konteks psikologi karena dapat mempengaruhi interaksi sosial, hubungan interpersonal, dan kesejahteraan seseorang. Egosentrisme yang berlebihan dapat menghambat kemampuan seseorang untuk memahami dan merespons perasaan, kebutuhan, dan perspektif orang lain. Hal ini dapat menyebabkan konflik antarpribadi dan kesulitan dalam membangun hubungan yang sehat dan harmonis.

Apa penyebab egosentrisme?

Egosentrisme dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Beberapa faktor yang dapat menyebabkan egosentrisme antara lain:

1. Perkembangan kognitif

Pada tahap perkembangan kognitif tertentu, seperti pada masa kanak-kanak, egosentrisme adalah tahap normal dalam perkembangan individu. Pada tahap ini, anak-anak cenderung melihat dunia hanya dari perspektif diri mereka sendiri.

2. Kebutuhan untuk mempertahankan diri

Beberapa orang mungkin menjadi egosentris sebagai mekanisme pertahanan untuk melindungi diri dari perasaan tidak aman atau terancam. Mereka mungkin merasa bahwa melihat dunia hanya dari perspektif diri mereka sendiri adalah cara yang efektif untuk mempertahankan kontrol dan kekuasaan.

3. Kurangnya empati

Kurangnya kemampuan atau kecenderungan untuk merasakan emosi atau perasaan orang lain juga dapat menyebabkan egosentrisme. Orang yang kurang empati mungkin sulit memahami atau memperhatikan perspektif orang lain.

Apa dampak negatif dari egosentrisme?

Egosentrisme yang berlebihan dapat memiliki dampak negatif pada individu dan hubungan mereka dengan orang lain. Beberapa dampak negatif dari egosentrisme antara lain:

1. Kurangnya pemahaman dan penghargaan terhadap orang lain

Orang yang egosentris cenderung kurang memperhatikan atau menghargai pandangan, perasaan, dan kebutuhan orang lain. Hal ini dapat menyebabkan kesalahpahaman, konflik, dan ketidakharmonisan dalam hubungan.

2. Kesulitan dalam berempati

Egosentrisme yang berlebihan dapat menghambat kemampuan seseorang untuk berempati dengan orang lain. Mereka sulit memahami atau merasakan perasaan orang lain, sehingga sulit membangun hubungan yang empatik dan saling pengertian.

3. Konflik interpersonal

Egosentrisme yang berlebihan dapat menyebabkan konflik antarpribadi, karena individu yang egosentris mungkin cenderung memprioritaskan kepentingan dan pandangan pribadi mereka sendiri tanpa mempertimbangkan orang lain.

Bagaimana mengatasi egosentrisme?

Mengatasi egosentrisme dapat menjadi proses yang membutuhkan kesadaran diri dan usaha yang sadar. Beberapa langkah yang dapat diambil untuk mengatasi egosentrisme antara lain:

1. Meningkatkan kesadaran diri

Langkah pertama untuk mengatasi egosentrisme adalah dengan meningkatkan kesadaran diri. Sadari bahwa pandangan dan kepentingan orang lain juga memiliki nilai dan penting untuk dipahami.

2. Latihan empati

Meningkatkan kemampuan empati dapat membantu mengatasi egosentrisme. Cobalah untuk melihat situasi dari perspektif orang lain, mencoba memahami perasaan dan kebutuhan mereka, dan berempati dengan pengalaman mereka.

3. Belajar mendengarkan

Mendengarkan dengan penuh perhatian adalah keterampilan penting dalam mengatasi egosentrisme. Berikan ruang bagi orang lain untuk menyampaikan pandangan dan perasaan mereka tanpa menginterupsi atau mengabaikan.

4. Berbagi pengalaman

Berbagi pengalaman dengan orang lain dapat membantu melihat dunia dari perspektif yang berbeda. Diskusikan dan terbuka terhadap pandangan dan pengalaman orang lain untuk memperluas pemahaman Anda.

5. Cari umpan balik

Minta umpan balik dari orang-orang terdekat Anda tentang perilaku egosentris yang mungkin Anda tunjukkan. Terima umpan balik dengan terbuka dan jujur, dan gunakan sebagai kesempatan untuk tumbuh dan berkembang.

Apakah semua orang memiliki tingkat egosentrisme?

Ya, dalam beberapa tingkat, setiap orang memiliki kecenderungan egosentris. Namun, tingkat egosentrisme dapat bervariasi dari individu ke individu. Beberapa orang mungkin memiliki egosentrisme yang lebih dominan, sementara yang lain mungkin memiliki kemampuan yang lebih baik untuk melihat perspektif orang lain.

Apakah egosentrisme selalu negatif?

Egosentrisme sendiri bukanlah sesuatu yang negatif secara inheren. Pada tahap perkembangan tertentu, egosentrisme adalah bagian normal dari proses perkembangan individu. Namun, egosentrisme yang berlebihan atau tidak seimbang dapat memiliki dampak negatif pada individu dan hubungan mereka dengan orang lain.

Apakah egosentrisme dapat diubah?

Ya, egosentrisme dapat diubah melalui kesadaran diri dan usaha yang sadar. Dengan meningkatkan pemahaman dan empati terhadap orang lain, serta melatih diri untuk melihat dunia dari perspektif yang lebih luas, egosentrisme dapat dikurangi atau diatasi.