Klasifikasi Iklim Menurut Mohr

Klasifikasi iklim menurut Mohr adalah sistem klasifikasi yang digunakan untuk membagi wilayah berdasarkan curah hujan tahunan dan persebaran musim kering dan basah selama satu tahun. Sistem ini merupakan pengembangan dari klasifikasi iklim Oldeman dan cocok digunakan untuk daerah tropis seperti Indonesia, di mana suhu relatif stabil sepanjang tahun, dan curah hujan menjadi faktor utama dalam membedakan musim.

Fokus utama dari klasifikasi ini adalah jumlah bulan basah dan bulan kering dalam satu tahun. Mohr menetapkan bahwa iklim sangat dipengaruhi oleh panjang dan frekuensi musim hujan dan musim kemarau, yang kemudian menjadi dasar dalam pengelompokan tipe-tipe iklim. Klasifikasi ini banyak digunakan dalam bidang pertanian, kehutanan, dan perencanaan wilayah.

Konsep Dasar Bulan Basah dan Bulan Kering

Menurut Mohr, klasifikasi iklim didasarkan pada jumlah bulan basah dan bulan kering dalam satu tahun. Mohr mendefinisikan:

  • Bulan basah: bulan dengan curah hujan ≥ 100 mm.
  • Bulan kering: bulan dengan curah hujan < 60 mm.

Ini berbeda dari sistem lainnya, yang mungkin menggunakan ambang curah hujan yang berbeda.

Contoh ilustratif:
Misalnya, sebuah daerah di Kalimantan mengalami curah hujan lebih dari 100 mm selama 8 bulan, dan kurang dari 60 mm hanya selama 2 bulan. Maka daerah tersebut akan tergolong dalam klasifikasi iklim yang sangat basah menurut Mohr, yang akan sangat cocok untuk pertanian sepanjang tahun tanpa irigasi tambahan.

Kriteria Klasifikasi Mohr

Mohr membagi iklim menjadi beberapa tipe berdasarkan jumlah bulan basah dalam satu tahun, yakni:

  • Iklim sangat basah: ≥ 9 bulan basah
  • Iklim basah: 7–9 bulan basah
  • Iklim agak basah: 5–6 bulan basah
  • Iklim sedang: 3–4 bulan basah
  • Iklim kering: 1–2 bulan basah
  • Iklim sangat kering: 0 bulan basah

Klasifikasi ini menjadi penting karena menunjukkan bagaimana suatu wilayah bisa mendukung aktivitas pertanian atau kehutanan tanpa banyak ketergantungan pada sistem irigasi buatan.

Contoh ilustratif:
Daerah pegunungan di Sumatera Barat yang memiliki curah hujan tinggi hampir sepanjang tahun—misalnya 10 bulan basah—akan diklasifikasikan sebagai iklim sangat basah. Hal ini menjelaskan mengapa tanaman seperti padi sawah dan kopi dapat tumbuh subur sepanjang tahun di sana.

Pengaruh Klasifikasi Mohr dalam Bidang Pertanian

Klasifikasi Mohr sangat bermanfaat dalam sektor pertanian karena membantu petani dan pemerintah merencanakan pola tanam berdasarkan ketersediaan air dari hujan. Semakin panjang bulan basah, semakin banyak pilihan tanaman yang bisa dibudidayakan tanpa risiko kekeringan.

Contoh ilustratif:
Di daerah Jawa Tengah dengan iklim agak basah (5–6 bulan basah), petani bisa menanam padi pada musim hujan dan berganti ke tanaman palawija seperti jagung pada musim kemarau. Dengan pemahaman iklim seperti ini, petani bisa meminimalkan kerugian karena gagal panen akibat kekurangan air.

Pemanfaatan dalam Perencanaan Wilayah dan Kehutanan

Selain pertanian, klasifikasi Mohr juga berguna untuk perencanaan pembangunan, konservasi lahan, dan kehutanan. Wilayah yang tergolong sangat kering perlu perlakuan khusus agar tetap bisa dimanfaatkan, atau dilindungi agar tidak mengalami kerusakan lingkungan lebih lanjut.

Contoh ilustratif:
Di Nusa Tenggara Timur (NTT), banyak wilayah diklasifikasikan sebagai iklim sangat kering dengan hanya 1–2 bulan basah per tahun. Perencanaan wilayah di daerah seperti ini membutuhkan strategi irigasi, konservasi air, serta pemilihan tanaman tahan kering seperti jambu mete atau lontar, bukan tanaman yang membutuhkan air dalam jumlah besar.

Perbandingan dengan Sistem Lain

Klasifikasi Mohr lebih sederhana dan lebih fokus pada kondisi hujan dibandingkan sistem lain seperti Koppen atau Schmidt-Ferguson, yang memasukkan variabel suhu atau menghitung rasio antara bulan basah dan kering. Kelebihannya adalah kesesuaiannya untuk wilayah tropis dan aplikasinya yang langsung pada pengambilan keputusan praktis, seperti pengelolaan pertanian dan lingkungan.

Contoh ilustratif:
Dalam menentukan lokasi pembangunan bendungan atau embung, pemerintah dapat menggunakan klasifikasi Mohr untuk memprioritaskan wilayah yang tergolong iklim kering atau sangat kering agar ketersediaan air bisa merata dan mendukung pertanian sepanjang tahun.

Kesimpulan

Klasifikasi iklim menurut Mohr merupakan pendekatan praktis untuk memahami pola curah hujan dan distribusi musim di daerah tropis seperti Indonesia. Dengan membagi iklim berdasarkan jumlah bulan basah, sistem ini memberikan panduan yang jelas bagi pertanian, kehutanan, dan perencanaan wilayah.

Setiap klasifikasi membawa dampak nyata dalam kehidupan sehari-hari, mulai dari jenis tanaman yang cocok, kebutuhan irigasi, hingga strategi konservasi lingkungan. Oleh karena itu, memahami klasifikasi Mohr tidak hanya penting bagi ilmuwan atau pejabat pemerintah, tetapi juga bagi masyarakat umum yang bergantung pada kestabilan iklim untuk kehidupan sehari-hari.