Propaganda adalah upaya sistematis untuk mempengaruhi opini, sikap, dan tindakan masyarakat dengan menggunakan pesan yang sengaja dibentuk dan disebarkan oleh pihak-pihak tertentu. Tujuan utama propaganda adalah untuk mempengaruhi persepsi dan keyakinan publik, baik secara positif maupun negatif, terhadap suatu ideologi, pemerintah, atau organisasi.

Propaganda adalah upaya sistematis untuk mempengaruhi opini, sikap, dan tindakan masyarakat dengan menggunakan pesan yang sengaja dibentuk dan disebarkan oleh pihak-pihak tertentu. Propaganda sering digunakan oleh pemerintah, kelompok politik, atau organisasi untuk mempengaruhi persepsi publik, mempromosikan ideologi, atau memperoleh dukungan.
Propaganda bertujuan untuk mendukung atau merugikan suatu tujuan, ideologi, atau gerakan tertentu.
Apa itu propaganda?
Propaganda adalah serangkaian teknik komunikasi yang tujuannya adalah untuk secara tegas mempengaruhi suasana hati atau opini suatu kelompok sosial atau populasi, biasanya melalui penyebaran konten yang dirancang untuk menghasilkan reaksi emosional. Konten tersebut dapat berisi informasi obyektif, rumor, setengah kebenaran, argumen, dan bahkan kebohongan, dan tujuan utamanya adalah untuk mendukung atau merugikan suatu tujuan, ideologi, atau gerakan tertentu.
Kata “propaganda” berasal dari kata kerja Latin propagare (“menyebarkan” atau “menyebarkan”), yang terdiri dari suara pro- (“maju” atau “mendukung”) dan pagus (“kota” atau “desa ”). Penciptaan istilah ini dikaitkan dengan Gereja Katolik, khususnya kepada sebuah lembaga yang didedikasikan untuk menyebarkan sabda Yesus Kristus dan Injil, yang disebut Kongregasi Suci untuk Penyebaran Iman (Latin: “ Sacra Congregatio de Propaganda Fide” ), diciptakan oleh Paus Gregorius pada abad ke-17. Dalam arti sempit, propaganda (“hal-hal yang harus disebarluaskan”) adalah informasi yang disebarkan atau disebarkan dengan tujuan untuk mempengaruhi opini publik.
Namun saat ini, istilah “propaganda” memiliki konotasi negatif, yang mengacu pada pengelolaan informasi yang dilakukan oleh berbagai rezim totaliter atau diktator pada abad ke-20 (seperti Nazisme, misalnya, atau komunisme Stalinis), sebagai sebuah strategi promosi patriotisme chauvinis, jika bukan rasisme dan xenofobia. Inilah sebabnya mengapa menuduh suatu pesan “menjadi propaganda” sama dengan menegaskan bahwa isinya bias, manipulatif, dan jahat.
Kenyataannya, propaganda selalu ada, terkait dengan gerakan politik, agama, sosial, dan bahkan seni, dan dikeluarkan dari lembaga negara atau inisiatif swasta. Tujuannya, sejak zaman kuno, selalu sama: untuk mempengaruhi kebiasaan, kepercayaan, pendapat dan perilaku masyarakat dalam arti tertentu.
Ini mungkin membantu Anda: Proselitisme
Sejarah Singkat
Propaganda telah digunakan selama berabad-abad, dengan contoh-contoh awal dapat ditemukan dalam perang dan politik kuno. Istilah ini menjadi lebih umum digunakan selama Perang Dunia I dan II, ketika pemerintah dan organisasi menggunakan propaganda secara ekstensif untuk memobilisasi dukungan masyarakat dan melemahkan musuh.
Asal usul propaganda
Ajaran moral, politik dan agama muncul dalam Dekrit Ashoka.
Asal muasal propaganda berasal dari Zaman Kuno, terutama pada kekaisaran pertama, yang wilayahnya sangat luas dan rakyatnya banyak, sehingga tidak mungkin mengumumkan keputusan Negara melalui majelis sederhana. Berbagai sistem informasi dirancang pada saat itu untuk memberikan informasi kepada masyarakat : pesan-pesan yang diukir di batu, dilukis di permukaan monolit khusus, dibaca oleh juru bicara keliling, dan masih banyak lagi.
Pesan-pesan ini belum tentu merupakan informasi yang obyektif, melainkan bentuk propaganda terselubung, yang menggerakkan masyarakat untuk mencintai raja, mematuhi perintahnya, atau membenci orang asing dan mengangkat senjata melawannya. Karena kekuasaan terdiri dari membuat orang lain mengikuti perintah Anda, propaganda selalu merupakan mekanisme manipulasi untuk mencapai hal ini.
Catatan propaganda pertama berasal dari abad ke-3 SM. C., dan terdiri dari serangkaian dekrit (Dekrit Asoka) yang diterbitkan pada kolom dan batuan alam di lokasi perkotaan penting di utara anak benua India. Mereka mengandung ajaran moral, politik dan agama.
Ciri-ciri propaganda
Secara umum propaganda mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
- Itu terdiri dari kombinasi teks, gambar atau multimedia, disusun sedemikian rupa untuk menimbulkan efek cepat dan emosional pada pemirsa.
- Tugasnya adalah untuk mendorong dukungan atau penolakan terhadap suatu tujuan, seperti yang terjadi, misalnya, dalam propaganda pemilu (yang berupaya menghasilkan dukungan bagi seorang kandidat) atau dalam propaganda ekologi (yang berupaya meningkatkan kesadaran tentang penghematan sumber daya)..
- Itu dikeluarkan oleh beberapa organisasi, lembaga atau komunitas terorganisir, tetapi penulisnya tidak selalu diidentifikasi dengan tanda tangan atau logo. Propaganda yang dipertanyakan secara moral biasanya bersifat anonim.
- Ini adalah teks informatif dan/atau argumentatif, yang isinya mungkin lebih atau kurang jujur dan, oleh karena itu, lebih atau kurang sah. Hal ini dapat memiliki tujuan romantis dan revolusioner, atau menjadi bagian dari kampanye sensor dan diskriminasi.
- Ini menggunakan teknik manipulasi yang berbeda, mulai dari argumen emosional hingga pesan subliminal dan bentuk pengaruh psikologis lainnya.
Ada bentuk propaganda yang legal dan diterima, ada pula yang ilegal dan dilarang. Berdasarkan kriteria ini, kita dapat menyebutkan tiga bentuk propaganda:
- Propaganda putih, ketika pengirimnya diidentifikasi dengan jelas dan isi serta maksud pesannya jelas.
- Propaganda abu-abu, ketika pengirim pesan tetap tersembunyi, namun isi dan maksud pesannya terlihat jelas.
- Propaganda hitam, ketika pengirim pesan tetap tersembunyi dan tidak terlihat isi maupun maksud pesannya, sehingga mungkin ada satu pihak yang menyamar sebagai saingannya untuk mendiskreditkan mereka.
Propaganda dan publisitas
Istilah “propaganda” dan “periklanan” mungkin kurang lebih sama dalam konteks tertentu, namun secara umum istilah tersebut digunakan dengan cara yang sangat berbeda. “Propaganda” digunakan untuk merujuk pada pesan-pesan yang ditujukan untuk mengubah perilaku dan keyakinan dalam arti politik, agama, atau sosial, dan ini adalah istilah yang memiliki konotasi yang sangat spesifik, terkadang negatif.
Sebaliknya, “iklan” digunakan untuk merujuk pada pesan yang tujuannya adalah untuk meningkatkan permintaan komersial terhadap produk atau layanan tertentu, yaitu untuk bersaing secara komersial. Meskipun mereka juga berupaya meyakinkan dan mempengaruhi masyarakat konsumen, mereka melakukannya hanya dengan tujuan komersial.
Jadi, misalnya, pesan yang dikeluarkan oleh pemerintah yang meyakinkan masyarakat untuk merasionalkan konsumsi energi mereka dapat dianggap sebagai bentuk propaganda pemerintah, sedangkan pesan yang dikeluarkan oleh Perusahaan Coca-Cola yang mendorong masyarakat untuk membeli minuman ringan merek barunya adalah sebuah iklan..
Selengkapnya di: Periklanan
Jenis propaganda
Propaganda dapat diklasifikasikan menurut konteks kemunculannya dan tujuan spesifiknya, sebagai berikut:
- Propaganda pemilu. Yang muncul pada saat jajak pendapat, referendum, pemilu atau jenis pemilu lainnya, untuk mempromosikan partai, gagasan atau kandidat tertentu di kalangan pemilih.
- Propaganda Perang. Yang digunakan pada saat terjadi konflik perang, yaitu konfrontasi militer, dan yang bertujuan untuk mengobarkan keberanian di antara prajuritnya sendiri dan/atau rasa takut di antara prajurit lainnya, agar keseimbangan konflik menguntungkan mereka.
- Propaganda politik. Hal yang merupakan bagian dari metode reguler pemerintahan dan oposisi di negara demokratis, dan yang berupaya meningkatkan citra sektor politik tertentu, menyebarkan gagasan dan proyeknya, menyerukan demonstrasi, dan sebagainya.
- Propaganda agama. Yang dikeluarkan oleh suatu kelompok agama atau gereja tertentu, untuk mengajak masyarakat bergabung dengan jemaatnya atau mengikuti ritualnya.
- Propaganda sosial. Hal tersebut merupakan bagian dari strategi perjuangan suatu kelompok sosial atau masyarakat, untuk mengubah realitas sosial bangsanya. Seperti halnya gerakan sosial, kelompok lingkungan hidup, dan lain-lain.
Contoh propaganda
Beberapa contoh iklan promosi adalah sebagai berikut:
- “Saya menginginkan Anda untuk Angkatan Darat AS”. Salah satu propaganda perang Amerika yang paling terkenal, menampilkan Paman Sam, ikon Amerika yang populer, mengundang orang yang lewat untuk bergabung dengan tentara saat Amerika Serikat memasuki Perang Dunia I.
Bagian propaganda dari Pemerintah Kota Buenos Aires, pada tahun 2017, mendorong penggunaan alternatif pengganti kantong plastik, untuk menguranginya seminimal mungkin karena alasan ekologis.
Sumber: buenosaires.gob.ar
Sumber: buenosaires.gob.ar
- “Ayo!”. Propaganda pemilu Spanyol terkait pemilu 2019, dalam hal ini milik partai Ciudadanos.
- “Hentikan kekerasan terhadap perempuan. ” Propaganda dari pemerintah Miraflores yang menyerukan refleksi terhadap kekerasan seksis dan pembunuhan perempuan di dunia Hispanik.
- Mural propaganda antara Korea Utara dan Selatan. Mural yang menampilkan dua potret anak-anak Korea, satu mewakili masing-masing negara, dengan pesan pro-reunifikasi. Terletak di zona demiliterisasi yang membagi wilayah menjadi kedua republik.
- “Saya ingin memilih, istri saya tidak mengizinkan saya. ” Propaganda anti-suffragist, yang bertentangan dengan gerakan feminis yang memperjuangkan suara perempuan, menyebar pada awal abad ke-20.
Lanjutkan dengan: Teks persuasif
Tujuan Propaganda
Mempengaruhi Opini Publik
Salah satu tujuan utama propaganda adalah mempengaruhi opini publik terhadap isu atau kebijakan tertentu. Ini bisa mencakup membentuk opini positif terhadap pemerintah atau produk tertentu, atau menciptakan opini negatif terhadap lawan atau pesaing.
Menggalang Dukungan
Propaganda sering digunakan untuk menggalang dukungan bagi suatu gerakan politik, perang, atau kebijakan. Dengan menyebarkan pesan-pesan yang mendukung, pihak yang melakukan propaganda berharap dapat meningkatkan jumlah pendukung.
Mendelegitimasi Lawan
Selain membangun dukungan, propaganda juga digunakan untuk mendelegitimasi lawan atau oposisi. Ini bisa dilakukan dengan menyebarkan informasi negatif atau bahkan fitnah yang bertujuan merusak reputasi lawan.
Teknik-Tehnik Propaganda
Bandwagon
Teknik ini mendorong orang untuk mengikuti mayoritas dengan argumen bahwa “semua orang melakukannya”. Ini menciptakan tekanan sosial untuk berkonformitas.
Testimonial
Menggunakan tokoh terkenal atau figur otoritatif untuk mendukung suatu ide atau produk, dengan harapan bahwa pengaruh mereka akan mempengaruhi pandangan publik.
Glittering Generalities
Menggunakan kata-kata atau frasa yang memiliki konotasi positif tetapi tidak memberikan informasi konkret. Contohnya termasuk kata-kata seperti “kebebasan”, “kemajuan”, atau “kesejahteraan”.
Transfer
Mengaitkan simbol-simbol yang dihormati atau memiliki reputasi baik dengan pesan yang ingin disampaikan, sehingga pesan tersebut memperoleh kredibilitas dari asosiasi tersebut.
Fear
Menggunakan rasa takut untuk mempengaruhi opini dan perilaku. Ini sering kali melibatkan ancaman atau gambaran menakutkan tentang apa yang akan terjadi jika pesan tidak diikuti.
Card Stacking
Menyajikan informasi dengan cara yang sangat bias, dengan menekankan fakta-fakta yang mendukung pesan dan mengabaikan atau menyembunyikan fakta-fakta yang bertentangan.
Dampak Propaganda
Dampak Positif
Dalam beberapa kasus, propaganda dapat memiliki dampak positif, seperti meningkatkan kesadaran tentang masalah sosial yang penting, memobilisasi dukungan untuk tujuan yang baik, atau meningkatkan moral di masa krisis.
Dampak Negatif
Namun, dampak negatif propaganda sering kali lebih menonjol dan mencakup:
- Pembentukan Opini yang Salah: Propaganda dapat membuat orang mempercayai informasi yang tidak benar atau menyesatkan.
- Polarisasi Sosial: Propaganda dapat memperdalam perpecahan dalam masyarakat dengan mempromosikan ide-ide ekstrem atau membingkai oposisi sebagai musuh.
- Manipulasi Pikiran Publik: Propaganda sering kali digunakan untuk memanipulasi pikiran publik demi keuntungan politik atau ekonomi.
- Kerusakan Demokrasi: Dengan menyebarkan informasi yang bias dan menyesatkan, propaganda dapat merusak proses demokrasi yang sehat.
Cara Mengatasi Propaganda
Edukasi dan Literasi Media
Meningkatkan literasi media masyarakat adalah langkah penting dalam mengatasi propaganda. Dengan memiliki kemampuan untuk mengevaluasi sumber informasi secara kritis, masyarakat dapat lebih baik dalam mengidentifikasi dan menolak propaganda.
Transparansi dan Akuntabilitas
Mendorong transparansi dan akuntabilitas dalam media dan pemerintahan dapat membantu mengurangi penyebaran propaganda. Media yang independen dan transparan memainkan peran penting dalam menyediakan informasi yang akurat dan objektif.