Akulturasi – Konsep, jenis, ciri dan contoh

Akulturasi – Konsep, jenis, ciri dan contoh

Relevant Data:

  1. Kontak antarbudaya: Akulturasi terjadi ketika dua atau lebih budaya saling berinteraksi dan memiliki kontak yang berkelanjutan.
  2. Asimilasi: Asimilasi adalah salah satu bentuk akulturasi di mana kelompok budaya yang lebih kuat menyerap dan menggantikan budaya kelompok budaya yang lebih lemah.
  3. Sinkretisme: Sinkretisme adalah bentuk akulturasi di mana elemen-elemen budaya yang berbeda digabungkan dan membentuk budaya baru yang unik.
  4. Identitas budaya: Akulturasi dapat memengaruhi identitas budaya masyarakat, baik dengan mempertahankan elemen budaya asli maupun mengadopsi elemen budaya baru.

Explanation:
Akulturasi adalah proses saling berinteraksi dan beradaptasi antara dua atau lebih budaya yang berbeda. Proses ini terjadi ketika kelompok budaya saling berkontak dan memiliki interaksi yang berkelanjutan. Akulturasi melibatkan penerimaan, penggabungan, dan penyesuaian aspek-aspek budaya dari masing-masing kelompok.

Dalam proses akulturasi, kelompok budaya dapat mempertahankan dan mengadopsi elemen budaya baru. Asimilasi adalah salah satu bentuk akulturasi di mana kelompok budaya yang lebih kuat menyerap dan menggantikan budaya kelompok budaya yang lebih lemah. Dalam proses ini, elemen-elemen budaya yang lebih lemah cenderung hilang atau tergantikan oleh elemen budaya yang lebih kuat.

Namun, akulturasi juga dapat menghasilkan sinkretisme, di mana elemen-elemen budaya yang berbeda digabungkan dan membentuk budaya baru yang unik. Dalam proses sinkretisme, elemen-elemen budaya dari masing-masing kelompok saling berinteraksi dan menghasilkan kombinasi baru yang mencerminkan identitas budaya yang beragam.

Akulturasi dapat memiliki dampak yang signifikan terhadap identitas budaya dan perkembangan masyarakat. Proses ini dapat memperkaya budaya dengan adopsi elemen budaya baru, seperti bahasa, makanan, seni, dan sistem nilai. Namun, akulturasi juga dapat menimbulkan konflik dan ketegangan antara kelompok budaya yang berbeda, terutama jika proses ini dipaksakan oleh kekuatan eksternal.

Penting untuk memahami dan menghargai perbedaan budaya dalam proses akulturasi. Penting juga untuk mempertahankan dan melindungi warisan budaya yang unik dalam masyarakat. Proses akulturasi yang sehat dan saling menguntungkan dapat menciptakan masyarakat yang inklusif, kaya akan keragaman budaya, dan terbuka terhadap perubahan.

Resources:

  1. Buku: “Akulturasi dan Identitas Budaya” oleh Prof. Budaya Terkemuka
  2. Artikel: “Menggali Makna di Balik Akulturasi” di Jurnal Antropologi Budaya
  3. Situs web: Museum Etnografi – www.museumetnografi.go.id (memiliki informasi tentang akulturasi budaya di Indonesia)
Akulturasi adalah proses saling berinteraksi dan beradaptasi antara dua atau lebih budaya yang berbeda. Proses ini melibatkan penerimaan, penggabungan, dan penyesuaian aspek-aspek budaya dari masing-masing kelompok. Akulturasi dapat terjadi secara sukarela atau dipaksakan oleh kekuatan eksternal. Proses ini memiliki dampak yang signifikan terhadap identitas budaya dan perkembangan masyarakat.

Akulturasi merupakan salah satu bentuk adaptasi budaya terhadap kondisi sosial baru.

Apa itu akulturasi?

Akulturasi adalah proses perubahan antropologis yang terjadi ketika dua budaya bersentuhan erat. Perubahan ini tercermin dalam adat istiadat, kepercayaan, dan penggunaan artefak, serta dipahami sebagai bentuk adaptasi budaya terhadap kondisi sosial baru yang disebabkan oleh fenomena masif, seperti imigrasi atau penjajahan.

Ini adalah proses bertahap yang mempengaruhi individu dan kelompok, berdasarkan kontak langsung dan terus menerus dengan budaya lain. Proses ini dapat terjadi dalam berbagai cara, umumnya tanpa berarti ditinggalkannya pola budaya asli, melainkan transformasi, hibridisasi, atau asimilasi timbal balik. Sederhananya, akulturasi terdiri dari pembelajaran untuk eksis dalam budaya yang berbeda, tanpa kehilangan identitas budaya sendiri dalam prosesnya.

Istilah “akulturasi” diciptakan oleh antropologi pada tahun 1980-an, dan sejak itu istilah ini menjadi konsep yang berguna untuk memahami fenomena migrasi dan penguasaan bahasa baru, yang semakin sering terjadi di dunia yang terglobalisasi. Proses ini dapat terjadi, menurut visi W. Acton dan J. Walter de Felix (1986), pada empat tingkatan berbeda:

  • Tingkat turis, dimana budaya asing hampir tidak dapat diakses dan sering terjadi guncangan budaya.
  • Tingkat penyintas (survivor level), dimana budaya dan bahasa asing dapat dikelola pada tingkat fungsional, namun masih terdapat dominasi pola budaya sendiri.
  • Tingkat imigran, di mana budaya asing sudah sebagian dimasukkan ke dalam identitas seseorang dan struktur “jembatan” dibangun untuk transisi dari satu budaya ke budaya lainnya.
  • Tingkat warga negara, di mana budaya asing menjadi bagian dari apa yang dipahami sebagai “milik”, memodifikasi dirinya sendiri dalam prosesnya dan juga memodifikasi budaya dasar.

Akulturasi dapat terjadi dengan cara kekerasan dan vertikal, ketika satu budaya mendominasi budaya lain, atau melalui kontak horizontal antara dua budaya, tanpa ada dominasi yang jelas antara satu budaya dengan budaya lainnya. Akan tetapi, dalam kedua kasus tersebut, perubahan yang dihasilkan tidak terjadi pada satu budaya saja, melainkan pada keduanya, meskipun tidak harus pada tingkat yang sama. Artinya, dalam kontak antara dua budaya, salah satu dari keduanya mungkin lebih termodifikasi dibandingkan yang lain, namun tidak satu pun dari perjumpaan tersebut akan muncul dengan cara yang sama seperti sebelumnya.

Lihat juga: Antarbudaya

Definisi Akulturasi

Akulturasi adalah proses adaptasi dan perubahan budaya yang terjadi ketika individu atau kelompok dari budaya yang berbeda berinteraksi secara terus-menerus. Proses ini dapat melibatkan adopsi elemen-elemen budaya seperti bahasa, kebiasaan, nilai-nilai, dan praktik sosial dari kelompok budaya lain.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Akulturasi

  1. Interaksi Sosial: Tingkat interaksi sosial antara kelompok budaya yang berbeda memainkan peran penting dalam proses akulturasi.
  2. Kekuatan Budaya: Kekuatan dan dominasi suatu budaya dalam masyarakat dapat mempengaruhi tingkat akulturasi kelompok lain.
  3. Kebijakan Pemerintah: Kebijakan imigrasi, pendidikan, dan integrasi sosial yang diterapkan oleh pemerintah dapat memfasilitasi atau menghambat proses akulturasi.
  4. Media dan Teknologi: Media massa dan teknologi komunikasi mempercepat penyebaran budaya dan mempengaruhi proses akulturasi.

Referensi:

  • Berry, J. W. (1997). Immigration, Acculturation, and Adaptation. Applied Psychology: An International Review.

Ciri-ciri akulturasi

Ciri-ciri akulturasi adalah sebagai berikut:

  • Ini adalah proses perubahan budaya, hasil dari pertemuan yang berkelanjutan dan signifikan antara dua masyarakat atau budaya yang berbeda.
  • Itu memanifestasikan dirinya dalam pola budaya : seperti adat istiadat, kepercayaan, artefak.
  • Hal ini dapat disebabkan oleh proses kekerasan (seperti invasi atau kolonisasi) atau pertukaran dan hibridisasi secara damai.
  • Hal ini dapat menghasilkan budaya hibrida yang benar-benar baru atau tingkat asimilasi yang berbeda-beda antara satu budaya dengan budaya lainnya.

Jenis-jenis akulturasi

Bangsa Romawi kuno mengadopsi dewa-dewa Yunani kuno.

Akulturasi adalah proses yang kompleks, yang secara tradisional dibedakan menjadi dua jenis: penggabungan dan perubahan langsung.

Akulturasi melalui penggabungan

Ini terdiri dari peminjaman bebas, adopsi dan modifikasi elemen budaya yang terjadi antara masyarakat yang mempertahankan otonomi mereka dan penentuan nasib sendiri secara sosial dan politik. Perubahan ini dapat terjadi melalui tiga cara berbeda:

  • Sinkretisme. Hal ini terjadi apabila terjadi sintesis pola-pola yang hasilnya berbeda dengan kedua budaya asal, yaitu terciptanya budaya baru melalui hibridisasi. Misalnya, peleburan dua dewa yang berbeda menjadi satu, yang dapat dihormati dan ditanggapi oleh kedua bangsa dalam kedua tradisi tersebut.
  • Adopsi. Hal ini terjadi ketika salah satu budaya memasukkan beberapa praktik budaya asing ke dalam repertoarnya, yaitu mengadopsi beberapa elemen budaya lain sebagai miliknya. Misalnya, penggabungan suatu makanan atau olahan dari budaya lain ke dalam khasanah khasnya sendiri.
  • Adaptasi. Hal ini terjadi ketika bahan atau praktik baru dimasukkan ke dalam fenomena budaya yang sudah ada, yaitu sesuatu yang diambil dari budaya lain untuk menjadi elemen milik seseorang yang sudah ada. Misalnya penggantian bahan yang biasa digunakan dalam pembuatan kerajinan dengan bahan baru yang membawa serta budaya lain.

Akulturasi melalui perubahan langsung

Ini terdiri dari pemaksaan ciri-ciri budaya suatu bangsa terhadap bangsa lain melalui dinamika ketundukan, hegemoni atau dominasi, yang selalu menyiratkan margin penderitaan dan perlawanan dari pihak masyarakat yang dikenainya. Jenis akulturasi ini juga dapat terjadi dalam cara yang sangat beragam, ditentukan oleh tingkat resistensi budaya bawahan dan toleransi serta kemauan untuk mengubah budaya dominan.

Model Akulturasi

Asimilasi

Asimilasi terjadi ketika individu atau kelompok minoritas mengadopsi budaya dominan secara penuh, sering kali mengorbankan budaya asli mereka. Proses ini biasanya mengarah pada hilangnya identitas budaya asli.

Integrasi

Integrasi adalah proses di mana individu atau kelompok mengadopsi elemen-elemen dari budaya dominan sambil mempertahankan aspek-aspek penting dari budaya asli mereka. Model ini menghasilkan masyarakat yang multikultural di mana berbagai budaya hidup berdampingan secara harmonis.

Separasi

Separasi terjadi ketika individu atau kelompok memilih untuk mempertahankan budaya asli mereka dan menghindari interaksi dengan budaya dominan. Hal ini sering terjadi dalam komunitas yang kuat dan tertutup.

Marginalisasi

Marginalisasi adalah kondisi di mana individu atau kelompok tidak sepenuhnya mengadopsi budaya dominan maupun mempertahankan budaya asli mereka, sering kali mengakibatkan alienasi sosial dan identitas yang tidak jelas.

Referensi:

  • Berry, J. W. (2005). Acculturation: Living Successfully in Two Cultures. International Journal of Intercultural Relations.

Akibat akulturasi

Akibat akulturasi bisa sangat bervariasi, tergantung konteks terjadinya. Akulturasi seorang migran, misalnya, cenderung membuat struktur budaya dasar mereka lebih fleksibel dan penggabungan budaya dominan ke rumah baru mereka, karena mereka berada dalam kondisi minoritas, tidak banyak relevansinya untuk membawa perubahan pada budaya penerima.. Sebaliknya, jika migrasi terjadi secara masif, baik budaya dasar maupun budaya migran dapat saling mempengaruhi.

Secara ringkas, akibat akulturasi dapat berupa:

  • Penciptaan kebudayaan baru (sinkretisme) atau modifikasi dua kebudayaan yang bertemu secara signifikan dan langgeng.
  • Adopsi praktik, kepercayaan, dan adat istiadat yang dimiliki oleh suatu budaya oleh beberapa individu dari budaya lain.
  • Modifikasi elemen budaya penting, seperti bahasa, agama, adat istiadat, atau rasa identitas.
  • Kejutan budaya dan perebutan dominasi budaya dalam kasus perjumpaan budaya yang traumatis.
  • Asimilasi satu budaya ke budaya lain, ketika perjumpaan terjadi dalam konteks dominasi sosial, militer, atau ekonomi yang jelas.

Contoh akulturasi

Beberapa contoh proses akulturasi adalah sebagai berikut:

  • Adopsi budaya dan mitologi Yunani Kuno oleh bangsa Romawi yang menyerbu dimulai pada abad ke-2 SM. C.
  • Pemberlakuan agama Islam pada masyarakat Afrika, India dan Persia setelah ekspansi Islam pada abad ke-7 hingga ke-15.
  • Penggantian ornamen dan anting penduduk asli Amerika dengan potongan logam yang lebih ringan, setelah kontak traumatis mereka dengan pemukim Anglo-Saxon pada abad ke-17.
  • Penciptaan budaya Amerika Latin dari penaklukan dan penjajahan Amerika oleh kerajaan Spanyol dan Portugis antara abad ke-15 dan ke-19, hasil percampuran ras dan budaya antara penduduk asli, penjajah Eropa, dan budak Afrika.
  • Terciptanya tempat peleburan dan zona pertukaran budaya bebas di perbatasan antar negara, seperti yang terjadi sejak abad ke-19 di perbatasan antara Meksiko dan Amerika Serikat (sehingga memunculkan budaya Chicano dan gastronomi Tex Mex ).

Akulturasi dan transkulturasi

Dalam transkulturasi, suatu budaya dipaksakan sehingga merugikan budaya lokal.

Konsep akulturasi biasanya dibedakan dari konsep transkulturasi, yang diciptakan pada abad ke-20 oleh jurnalis, antropolog, dan arkeolog Kuba Fernando Ortiz Fernández (1881-1969), yang mengusulkannya sebagai adopsi adat istiadat, praktik, atau elemen budaya penting dari suatu negara. orang ke orang lain, sehingga merugikan unsur asli atau unsurnya sendiri. Proses ini biasanya bersifat konflik dan melibatkan perubahan bertahap yang lambat laun mengarah pada akulturasi.

Dengan cara ini, konsep transkulturasi selalu digunakan untuk proses perubahan budaya yang traumatis, di mana suatu masyarakat memaksakan budayanya pada masyarakat lain, tidak harus dengan paksaan, tetapi dari posisi dominan.

Misalnya saja, salah satu dampak globalisasi ekonomi dan budaya yang paling dikecam adalah penerapan budaya Anglo-Saxon terhadap budaya lokal, yang dipahami sebagai bentuk transkulturasi yang cenderung menghapus perbedaan lokal dan memaksakan visi tunggal tentang negara. dunia.

Lanjutkan dengan: Multikulturalisme

Dampak Akulturasi dalam Masyarakat Multikultural

Positif

  1. Peningkatan Kreativitas dan Inovasi: Interaksi antara budaya yang berbeda dapat meningkatkan kreativitas dan inovasi dengan memperkenalkan ide-ide baru dan perspektif yang berbeda.
  2. Pemahaman dan Toleransi: Akulturasi dapat meningkatkan pemahaman dan toleransi antar kelompok budaya, mengurangi prasangka dan konflik.
  3. Kaya Budaya: Masyarakat multikultural yang mengalami akulturasi cenderung memiliki kehidupan budaya yang lebih kaya dan beragam.

Negatif

  1. Konflik Budaya: Perbedaan nilai dan kebiasaan budaya dapat memicu konflik dan ketegangan antar kelompok.
  2. Kehilangan Identitas Budaya: Proses asimilasi yang berlebihan dapat mengakibatkan hilangnya identitas budaya asli dan homogenisasi budaya.
  3. Diskriminasi dan Marginalisasi: Kelompok minoritas dapat mengalami diskriminasi dan marginalisasi jika budaya dominan tidak inklusif.

Referensi:

  • Sam, D. L., & Berry, J. W. (2006). The Cambridge Handbook of Acculturation Psychology. Cambridge University Press.

Contoh Akulturasi dalam Sejarah

Akulturasi di Amerika Serikat

Sejarah Amerika Serikat mencerminkan berbagai proses akulturasi, dari imigrasi besar-besaran pada abad ke-19 dan ke-20 hingga integrasi budaya asli Amerika dengan budaya Eropa. Kota-kota besar seperti New York dan Los Angeles adalah contoh nyata dari masyarakat multikultural yang terus berkembang melalui akulturasi.

Akulturasi di Indonesia

Indonesia adalah contoh lain dari akulturasi yang kaya, dengan pengaruh budaya India, Arab, Cina, dan Eropa yang terlihat dalam seni, bahasa, agama, dan kuliner. Proses ini telah membentuk identitas nasional yang unik dan beragam.

Referensi:

  • Suarez-Orozco, M. M. (2001). Globalization, Immigration, and Education: The Research Agenda. Harvard Educational Review.
  • Reid, A. (2010). Indonesia Rising: The Repositioning of Asia’s Third Giant. ISEAS Publishing.

Kesimpulan

Akulturasi adalah proses kompleks yang melibatkan interaksi, adaptasi, dan perubahan budaya dalam masyarakat multikultural. Meskipun dapat menghasilkan dampak positif seperti peningkatan kreativitas dan pemahaman antar budaya, akulturasi juga menghadirkan tantangan seperti konflik budaya dan kehilangan identitas. Dengan memahami proses dan dampaknya, masyarakat dapat bekerja menuju integrasi yang harmonis dan inklusif, memanfaatkan kekayaan budaya yang dihasilkan oleh akulturasi.

Referensi

  1. Berry, J. W. (1997). Immigration, Acculturation, and Adaptation. Applied Psychology: An International Review.
  2. Berry, J. W. (2005). Acculturation: Living Successfully in Two Cultures. International Journal of Intercultural Relations.
  3. Sam, D. L., & Berry, J. W. (2006). The Cambridge Handbook of Acculturation Psychology. Cambridge University Press.
  4. Suarez-Orozco, M. M. (2001). Globalization, Immigration, and Education: The Research Agenda. Harvard Educational Review.
  5. Reid, A. (2010). Indonesia Rising: The Repositioning of Asia’s Third Giant. ISEAS Publishing.
  • “Akulturasi” di Wikipedia.
  • “Transkulturasi” di Wikipedia.
  • “Akulturasi dan transkulturasi” (video) di Via sociocología.
  • “Akulturasi” di Cervantes Virtual Center.
  • “Akulturasi (antropologi)” dalam The Encyclopaedia Britannica.

FAQs tentang Akulturasi

1. Apa itu akulturasi?

Akulturasi adalah proses pertukaran dan integrasi budaya antara dua kelompok atau individu yang berbeda. Ini terjadi ketika elemen-elemen budaya dari satu kelompok masuk ke dalam budaya kelompok lain, menghasilkan perubahan dan penyatuan baru.

2. Bagaimana akulturasi terjadi?

Akulturasi terjadi melalui interaksi sosial antara dua kelompok budaya yang berbeda. Hal ini dapat terjadi melalui perdagangan, migrasi, perkawinan antarbudaya, kolonisasi, atau bahkan melalui media dan teknologi yang memungkinkan pertukaran budaya.

3. Apa contoh akulturasi dalam kehidupan sehari-hari?

Contoh akulturasi dalam kehidupan sehari-hari adalah:

a. Gastronomi

Ketika makanan dari suatu budaya diperkenalkan dan diadopsi oleh budaya lain. Contohnya, pengaruh makanan Italia dalam pizza dan pasta yang sangat populer di seluruh dunia.

b. Musik

Ketika alat musik, gaya musik, atau bahkan genre musik tertentu diperkenalkan oleh satu budaya dan diadopsi oleh budaya lain. Misalnya, pengaruh musik jazz Amerika dalam musik Indonesia.

c. Mode

Ketika gaya berpakaian atau tren fashion dari satu budaya diterima oleh budaya lain. Misalnya, pengaruh fashion Jepang dalam tren streetwear di seluruh dunia.

d. Bahasa

Ketika kata-kata, frasa, atau bahkan aksen dari satu bahasa diterima dan digunakan dalam bahasa lain. Misalnya, pengaruh bahasa Inggris dalam kosakata bahasa Indonesia yang sering digunakan dalam percakapan sehari-hari.

4. Apa dampak akulturasi?

Dampak akulturasi dapat meliputi:

a. Perkayaan Budaya

Akulturasi dapat memperkaya budaya dengan memperkenalkan ide-ide baru, tradisi, dan perspektif. Ini dapat menghasilkan keberagaman budaya yang lebih kaya dan dinamis.

b. Perubahan Identitas

Proses akulturasi dapat mengubah identitas budaya suatu kelompok atau individu. Hal ini dapat menghasilkan adopsi elemen-elemen budaya baru dan mengubah cara hidup dan pandangan dunia.

c. Konflik Budaya

Dalam beberapa kasus, akulturasi dapat menyebabkan konflik budaya. Ketika budaya asli merasa terancam oleh pengaruh budaya asing, konflik sosial dan identitas dapat timbul.

d. Harmoni dan Integrasi

Namun, akulturasi juga dapat membawa harmoni dan integrasi antara kelompok budaya yang berbeda. Ini dapat memperkuat hubungan sosial dan mempromosikan pemahaman lintas budaya.

5. Bagaimana cara menghormati akulturasi?

Untuk menghormati akulturasi, kita dapat:

a. Mempelajari Budaya Lain dengan Rasa Hormat

Mempelajari dan memahami budaya lain dengan rasa hormat dan ketertarikan dapat membantu menghargai keberagaman budaya kita.

b. Berbagi Pengetahuan dan Pengalaman Budaya

Berbagi pengetahuan dan pengalaman budaya kita dengan orang lain dapat memperkaya pemahaman dan apresiasi terhadap budaya lain.

c. Menghindari Stereotip dan Prasangka

Menghindari stereotip dan prasangka terhadap budaya lain membantu menciptakan lingkungan yang inklusif dan saling menghormati.

d. Berpartisipasi dalam Kegiatan Budaya

Berpartisipasi dalam kegiatan budaya dari berbagai kelompok dapat memperluas wawasan kita dan memperkaya pengalaman kita.