Kesehatan Kerja – Konsep, Tujuan, Fungsi dan Penyebab

Kesehatan kerja merupakan upaya untuk menjaga kesejahteraan fisik, mental, dan sosial para pekerja melalui pencegahan penyakit, cedera, dan gangguan yang terkait dengan pekerjaan. Bidang ini mencakup berbagai aspek, mulai dari ergonomi untuk mendesain tempat kerja yang nyaman dan aman, hingga program kesehatan kerja yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya kesehatan di tempat kerja.

Kesehatan kerja adalah bidang yang mempelajari interaksi antara pekerja dan lingkungan kerja untuk mencegah penyakit dan cedera yang terkait dengan pekerjaan. Tujuan kesehatan kerja adalah menciptakan lingkungan kerja yang aman, sehat, dan produktif bagi para pekerja. Hal ini melibatkan identifikasi risiko, promosi kesehatan di tempat kerja, serta perlindungan terhadap keselamatan dan kesehatan pekerja.

Apa itu kesehatan kerja?

Kesehatan kerja menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) diartikan sebagai suatu kegiatan multidisiplin yang mengendalikan dan melakukan tindakan preventif untuk menjaga kesehatan seluruh pekerja. Hal ini mencakup penyakit, segala jenis kecelakaan dan semua faktor yang dapat membahayakan kehidupan, kesehatan atau keselamatan orang-orang dalam pekerjaannya masing-masing.

Beberapa dekade yang lalu, diskusi dimulai mengenai pentingnya kesehatan pekerja yang mengekspos tubuhnya dengan cara yang berisiko ketika melakukan pekerjaannya. Oleh karena itu, kesehatan kerja diciptakan dengan tujuan untuk meningkatkan dan memelihara semaksimal mungkin kesejahteraan fisik dan mental orang-orang yang mempunyai pekerjaan.

Kesehatan kerja, pada awalnya, diciptakan untuk membantu dan melindungi mereka yang memiliki risiko fisik lebih besar ketika mereka bekerja, namun saat ini, kesehatan kerja mencakup pekerja dari profesi atau keahlian apa pun sehingga pekerjaan tersebut beradaptasi dengan manusia, dan manusia untuk bekerja.

Konsep Dasar Kesehatan Kerja

Kesehatan kerja mencakup tiga aspek utama:

  1. Kesehatan Fisik

    • Pencegahan penyakit akibat kerja (PAK) seperti gangguan pernapasan, gangguan pendengaran (noise-induced hearing loss), dan cedera otot.

    • Pengendalian lingkungan kerja (ventilasi, pencahayaan, kebisingan).

    • Penggunaan alat pelindung diri (APD) yang sesuai.

  2. Kesehatan Mental

    • Manajemen stres kerja, burnout, dan kelelahan emosional.

    • Dukungan psikologis melalui program Employee Assistance Program (EAP).

  3. Kesehatan Sosial

    • Hubungan interpersonal di tempat kerja.

    • Kebijakan perusahaan yang mendukung work-life balance.

Risiko Kesehatan di Tempat Kerja

Beberapa risiko utama yang memengaruhi kesehatan pekerja meliputi:

1. Risiko Fisik

  • Kebisingan: Dapat menyebabkan gangguan pendengaran permanen.

  • Pencahayaan buruk: Menyebabkan kelelahan mata dan sakit kepala.

  • Radiasi: Paparan sinar UV, X-ray, atau gelombang elektromagnetik.

  • Suhu ekstrem: Heat stress atau hipotermia pada pekerja outdoor.

2. Risiko Kimia

  • Paparan bahan beracun seperti asbestos, merkuri, dan solvent.

  • Gas berbahaya (CO, H₂S) di industri pertambangan dan manufaktur.

3. Risiko Biologis

  • Infeksi virus/bakteri (misalnya COVID-19 di fasilitas kesehatan).

  • Paparan jamur dan parasit di sektor pertanian.

4. Risiko Ergonomi

  • Gerakan repetitif (Repetitive Strain Injury – RSI).

  • Postur tubuh buruk yang menyebabkan nyeri punggung dan carpal tunnel syndrome.

5. Risiko Psikososial

  • Tekanan kerja tinggi (job demand vs. kontrol rendah).

  • Pelecehan (bullying, sexual harassment).

  • Ketidakpastian kerja (PHK, kontrak tidak tetap).

Tujuan kesehatan kerja

Kondisi kerja harus cukup optimal.

Sebagai tujuan utamanya, kesehatan kerja menghasilkan dan mendorong kerja yang sehat dan aman. Untuk melakukan hal ini, ia melindungi pekerja dari kemungkinan adanya risiko di lingkungan kerja terhadap kesehatan atau kesejahteraan mereka.

Sekaligus terkait dengan analisis lingkungan dan penyesuaiannya dengan kondisi fisik dan psikologis pekerja. Oleh karena itu ditetapkan tiga tujuan utama kesehatan kerja.

Pertama, kesehatan pegawai harus dijaga dan ditingkatkan, serta kapasitas yang dimiliki masing-masing. Kondisi kerja harus cukup optimal untuk meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan mereka.

Yang terakhir, penekanan akan diberikan pada penciptaan sistem organisasi untuk meningkatkan kesehatan dan keselamatan di tempat kerja. Iklim positif harus digalakkan dalam organisasi, mengupayakan efisiensi yang lebih besar sehingga dapat mengoptimalkan produktivitas setiap perusahaan.

Fungsi kesehatan kerja

Meskipun setiap negara memiliki peraturannya sendiri mengenai kesehatan kerja, terdapat beberapa fungsi tertentu yang bersifat umum dan mendasar.

  • Anda harus mengidentifikasi dan mengevaluasi segala jenis risiko yang dapat mempengaruhi tempat kerja.
  • Anda harus menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan lingkungan kerja dan menganalisis apakah praktik apa pun yang dilakukan di sana dapat membahayakan kesehatan atau kesejahteraan pekerja.
  • Ini akan memberikan saran mengenai kesehatan, keselamatan dan kebersihan, dan ergonomi.
  • Badan ini bertanggung jawab untuk menyebarkan informasi yang diperlukan dan mendidik pekerja mengenai kesehatan dan kebersihan.
  • Ini akan mengontrol bahwa peraturan terkait kualitas dan kebersihan tempat terjamin.

Penyebab kesehatan kerja

Pekerja harus menggunakan pakaian dan peralatan yang sesuai.

Permasalahan kesehatan kerja berkaitan dengan segala sesuatu yang terjadi di tempat kerja atau sebagai akibat dari pekerjaan yang dilakukannya.

Beberapa contoh kecelakaan tersebut dapat berupa: patah tulang, terpotong, amputasi, segala jenis kelainan yang disebabkan oleh gerakan berulang-ulang, masalah yang mungkin timbul pada telinga akibat kebisingan tertentu yang ada di tempat kerja, gangguan penglihatan -termasuk kebutaan-, penyakit apa saja. disebabkan oleh kesulitan bernapas, disebabkan oleh paparan radiasi atau paparan kuman yang terdapat di tempat yang seharusnya terdapat pelayanan kesehatan.

Penting agar tempat kerja dapat dilengkapi dengan kondisi yang diperlukan untuk memberikan kesehatan dan keselamatan bagi semua pekerja. Pencegahan penyakit atau kecelakaan di kemudian hari harus dilakukan untuk mengurangi risiko terjadinya masalah tersebut.

Pada saat yang sama, semua pekerja harus menjaga kesehatan dan kesejahteraan mereka sendiri ; Artinya, jika pekerjaannya mengharuskan penggunaan tubuh secara berisiko, maka mereka harus tetap dalam kondisi fisik yang baik dan sehat. Selalu disarankan untuk melakukan segala kemungkinan untuk mengurangi tingkat stres yang dapat ditimbulkan oleh kewajiban pekerjaan.

Terakhir, setiap orang harus memastikan bahwa area kerja mereka memiliki kondisi kerja yang memadai dan harus selalu menggunakan pakaian dan peralatan yang sesuai.

Strategi Peningkatan Kesehatan Kerja

Untuk memitigasi risiko di atas, beberapa pendekatan dapat dilakukan:

1. Penerapan K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja)

  • Risk assessment: Identifikasi dan evaluasi bahaya di tempat kerja.

  • Hierarki pengendalian risiko:

    • Eliminasi (menghilangkan sumber bahaya).

    • Substitusi (mengganti bahan berbahaya dengan yang lebih aman).

    • Rekayasa teknik (ventilasi, isolasi mesin bising).

    • Administratif (rotasi kerja, pelatihan).

    • APD (masker, earplug, safety harness).

2. Program Kesehatan Perusahaan

  • Medical check-up berkala.

  • Vaksinasi untuk pekerja di sektor rentan (hepatitis, flu).

  • Gym atau fasilitas olahraga di tempat kerja.

3. Dukungan Kesehatan Mental

  • Konseling psikologis.

  • Pelatihan manajemen stres.

  • Kebijakan cuti yang manusiawi.

4. Ergonomi Workplace

  • Desain workstation yang sesuai antropometri pekerja.

  • Penggunaan standing desk untuk mengurangi sedentary behavior.

5. Regulasi dan Kebijakan

  • Kepatuhan terhadap UU No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja dan Permenaker terkait.

  • Standar ISO 45001 (Sistem Manajemen K3).

Tantangan Kesehatan Kerja di Era Modern

  1. Pekerja Remote & Digital Fatigue

    • Kesehatan mental pekerja WFH akibat isolasi sosial dan blur-nya batas kerja-personal.

  2. Gig Economy

    • Pekerja lepas (freelance) sering tidak terlindungi asuransi kesehatan.

  3. AI & Otomatisasi

    • Pergeseran skill pekerja dan risiko pengangguran teknologi.

Kesimpulan

Kesehatan kerja bukan hanya tanggung jawab perusahaan, tetapi juga melibatkan pemerintah, pekerja, dan masyarakat. Dengan pendekatan preventif, kuratif, dan promotif, produktivitas dan kualitas hidup pekerja dapat ditingkatkan. Investasi dalam K3 tidak hanya mengurangi biaya medis, tetapi juga meningkatkan loyalitas dan kinerja karyawan.