Apa itu Legitimasi? – Konsep, makna dan definisi

Apa itu Legitimasi? – Konsep, makna dan definisi

Relevant Data:

  • Max Weber: Seorang sosiolog dan filsuf Jerman yang mengembangkan konsep legitimasi dalam teori sosiologi. Weber membedakan tiga tipe dasar legitimasi, yaitu tradisional, rasional-legal, dan karismatik.
  • Pemerintah demokratis: Legitimasi pemerintah demokratis didasarkan pada prinsip-prinsip demokrasi, seperti pemilihan umum dan perlindungan hak asasi manusia. Legitimasi pemerintah demokratis berasal dari kepercayaan rakyat.
  • Revolusi: Revolusi seringkali terjadi ketika pemerintahan yang ada kehilangan legitimasi di mata rakyat. Revolusi adalah upaya untuk menggulingkan pemerintahan yang dianggap ilegitim dan mendirikan pemerintahan baru yang dianggap lebih sah.

Explanation:

Legitimasi adalah proses atau cara yang digunakan untuk memperoleh pengakuan atau penerimaan atas otoritas, kekuasaan, atau tindakan yang dilakukan oleh individu, kelompok, atau pemerintah. Konsep ini berkaitan dengan hakikat dan dasar legitimasi suatu kekuasaan dalam suatu masyarakat.

Max Weber, seorang sosiolog dan filsuf Jerman, membedakan tiga tipe dasar legitimasi, yaitu tradisional, rasional-legal, dan karismatik. Legitimasi tradisional didasarkan pada adat istiadat, kebiasaan, dan warisan budaya yang turun-temurun. Contohnya adalah legitimasi kekuasaan yang diwariskan dalam sistem monarki, di mana pewaris tahta dianggap sah karena garis keturunan atau hubungan kekerabatan dengan penguasa sebelumnya.

Legitimasi rasional-legal berkaitan dengan adanya aturan dan hukum yang mengatur kekuasaan. Dalam sistem rasional-legal, legitimasi didasarkan pada hukum dan konstitusi yang melindungi hak-hak individu dan menetapkan prosedur demokratis. Contohnya adalah pemerintahan demokratis, di mana kekuasaan pemerintah diperoleh melalui pemilihan umum dan dijalankan sesuai dengan hukum yang berlaku.

Legitimasi karismatik berkaitan dengan kekuasaan yang diperoleh melalui daya tarik atau kharisma pemimpin. Pemimpin karismatik memiliki pengaruh yang kuat dan diakui oleh pengikutnya karena kepribadian, kecerdasan, atau kemampuan luar biasa yang dimiliki. Contohnya adalah tokoh-tokoh seperti Mahatma Gandhi atau Nelson Mandela, yang mendapatkan legitimasi karena kepemimpinan dan perjuangan mereka dalam memperjuangkan hak asasi manusia.

Legitimasi juga terkait dengan kepercayaan dan dukungan rakyat. Pemerintah demokratis, misalnya, memperoleh legitimasi dari rakyat melalui pemilihan umum dan perlindungan hak asasi manusia. Kepercayaan rakyat pada pemerintah menjadi dasar yang kuat bagi legitimasi suatu kekuasaan.

Namun, legitimasi juga dapat hilang jika kekuasaan atau tindakan yang dilakukan oleh individu, kelompok, atau pemerintah dianggap tidak sah atau melanggar nilai-nilai yang diakui oleh masyarakat. Revolusi seringkali terjadi ketika pemerintahan yang ada kehilangan legitimasi di mata rakyat. Revolusi adalah upaya untuk menggulingkan pemerintahan yang dianggap ilegitim dan mendirikan pemerintahan baru yang dianggap lebih sah.

Dalam kesimpulannya, legitimasi adalah proses atau caraResources:

  • Weber, Max. “Legitimacy, Authority, and Democracy: Classic and Contemporary Perspectives.” Edited by David Beetham. Polity Press, 1991.
  • Huntington, Samuel P. “The Third Wave: Democratization in the Late Twentieth Century.” University of Oklahoma Press, 1991.
  • Dahl, Robert A. “Democracy and Its Critics.” Yale University Press, 1989.
  • Lipset, Seymour Martin. “Political Man: The Social Bases of Politics.” Doubleday, 1981.
  • Rousseau, Jean-Jacques. “The Social Contract.” Penguin Classics, 1968.
Legitimasi
Legitimasi adalah proses atau cara yang digunakan untuk memperoleh pengakuan atau penerimaan atas otoritas, kekuasaan, atau tindakan yang dilakukan oleh individu, kelompok, atau pemerintah. Konsep ini berkaitan dengan hakikat dan dasar legitimasi suatu kekuasaan dalam suatu masyarakat. Legitimasi dapat diperoleh melalui berbagai cara, seperti legitimasi tradisional, rasional-legal, atau karismatik.

Legitimasi adalah prinsip penerimaan otoritas tertentu.

Apa itu legitimasi?

Dalam hukum dan ilmu-ilmu sosial dikatakan sesuatu itu sah apabila diberikan dengan cara yang adil dan benar, sesuai dengan yang ditetapkan dalam undang-undang dan diterima oleh masyarakat. Artinya, keabsahan suatu perbuatan tergantung pada seberapa besar perbuatan itu diterima dan diakui oleh masyarakat sebagai benar, adil, dan sesuai dengan hukum adat, tanpa perlu menggunakan paksaan atau kekerasan.

Oleh karena itu, kita dapat berbicara tentang legitimasi suatu pemerintahan, misalnya legitimasi suatu otoritas atau keputusan pengadilan, atau kita dapat merujuk pada legitimasi suatu argumen dalam sebuah diskusi. Apapun masalahnya, “legitimasi” dapat dianggap sebagai prinsip penerimaan otoritas tertentu.

Menurut teori hukum, keabsahan suatu perbuatan tentu mengandung arti bahwa perbuatan itu mempunyai tiga ciri:

  • Validitas: Bahwa ia mempunyai asal usul yang benar.
  • Keadilan: Berikan setiap orang apa yang pantas mereka dapatkan.
  • Efisiensi: Itu diatur oleh aturan main.

Kegagalan salah satu dari ketiga elemen tersebut saja sudah cukup untuk membuat suatu tindakan tidak lagi sah atau, paling tidak, memiliki legitimasi yang dipertanyakan. Jika suatu otoritas tidak sah, misalnya, kita sebenarnya tidak berkewajiban untuk menaatinya.

Ini mungkin membantu Anda: Peraturan hukum

Definisi Legitimasi

Legitimasi adalah keadaan di mana kekuasaan atau otoritas diakui dan diterima sebagai sah oleh masyarakat. Ini berarti bahwa tindakan dan keputusan yang diambil oleh pemegang kekuasaan dianggap valid dan patut ditaati oleh rakyat. Legitimasi memberikan dasar moral dan hukum bagi pemerintahan untuk menjalankan kekuasaannya.

Perbedaan antara legalitas dan legitimasi

Kata sah berasal dari bahasa Latin legitimus , berasal dari legis (“hukum”), dan merupakan kata sifat yang dalam bahasa kita mempunyai dua arti utama, menurut Kamus Bahasa: “Sesuai dengan hukum” dan “halal atau adil. ” ”. Artinya, legitimasi sekaligus merupakan penyesuaian sesuatu terhadap hukum, tetapi juga terhadap apa yang dianggap sah dan adil, karena kedua hal tersebut mungkin tidak persis sama.

Mari kita ambil contoh: di Jerman Nazi selama Perang Dunia II, orang Yahudi secara hukum dicabut semua hak kewarganegaraannya dan dijadikan pekerja paksa di kamp konsentrasi.

Hal ini terjadi secara sah, yaitu melalui undang-undang yang ditentukan oleh pemerintahan Nazi Adolf Hitler, namun hal tersebut bukanlah tindakan yang sah dalam kaitannya dengan Hak Asasi Manusia dan apa yang dianggap dan dianggap oleh mayoritas dunia saat ini sebagai tindakan yang adil, sah atau tidak sah benar. Oleh karena itu, Nazi yang selamat dari perang diadili dan dijatuhi hukuman di pengadilan Nuremberg yang terkenal.

Contoh lain yang mungkin dari perbedaan ini adalah rezim diktator yang meraih kekuasaan melalui pelaksanaan demokrasi: seorang presiden berkuasa dengan suara terbanyak dan setelah memerintah, ia mengubah undang-undang negara sesuai keinginannya dan tetap berkuasa selamanya.

Ya, perintah presiden itu sah, karena diatur oleh undang-undang yang ditetapkan (yang ditulisnya sendiri), tetapi dia akan kehilangan legitimasi aslinya, karena dia telah melanggar aturan permainan demokrasi dan menjadi seorang pemimpin. kediktatoran.

Selengkapnya di: Legalitas

Legitimasi kekuasaan

Legitimasi sangat penting untuk pelaksanaan kekuasaan dalam kerangka masyarakat beradab. Mereka menetapkan prosedur, norma dan parameter untuk membatasi dan memantau pihak-pihak yang mempunyai kekuasaan, khususnya Negara, karena Negara adalah lembaga yang bertugas membuat dan menegakkan undang-undang.

Mereka yang melanggar norma-norma yang ditentukan oleh masyarakat akan kehilangan legitimasi meskipun secara nominal mereka berkuasa. Akibatnya, bagi masyarakat mereka tidak pantas untuk ditaati dan dengan demikian mereka juga bisa kehilangan kekuasaannya.

Ketika suatu Negara dipaksa untuk memaksakan ketaatan mayoritas warga negaranya melalui kekerasan atau pemaksaan, maka Negara tersebut secara umum telah kehilangan legitimasinya, karena warga negaranya tidak lagi menganggap kewenangannya sah. Artinya, negara-negara modern memerlukan batas konsensus tertentu di antara masyarakat agar dapat memutuskan secara damai siapa yang akan menjalankan kekuasaan.

Tanpa legalitas, kita akan hidup berdasarkan hukum yang terkuat, dimana yang berkuasa mengambil kendali dan otoritas mereka dipaksakan dengan kekerasan. Atau kita akan kekurangan perjanjian sosial dan setiap orang hanya akan mematuhi kekuasaan yang sesuai dengan mereka, sehingga berujung pada kekacauan sosial.

Teori dan Sumber Legitimasi

1. Max Weber dan Tipe-Tipe Legitimasi

Max Weber, seorang sosiolog Jerman, mengidentifikasi tiga tipe utama legitimasi:

  • Legitimasi Tradisional: Berasal dari tradisi dan kebiasaan yang telah lama ada. Contohnya adalah monarki yang diwariskan secara turun-temurun.
  • Legitimasi Karismatik: Berasal dari sifat-sifat luar biasa atau kharisma pemimpin individu. Pemimpin karismatik mendapatkan legitimasi melalui pengaruh pribadi dan daya tarik mereka.
  • Legitimasi Legal-Rasional: Berasal dari sistem hukum dan peraturan yang diterima secara luas. Pemerintahan yang didasarkan pada konstitusi dan hukum tertulis adalah contoh dari legitimasi legal-rasional.

2. Legitimasi Substantif dan Prosedural

  • Legitimasi Substantif: Terfokus pada hasil dan kinerja pemerintahan. Jika pemerintahan berhasil memenuhi kebutuhan dan harapan rakyat, maka ia dianggap sah.
  • Legitimasi Prosedural: Terfokus pada proses dan cara pemerintahan dijalankan. Jika proses yang digunakan untuk membuat keputusan dianggap adil dan transparan, legitimasi akan diperoleh.

3. Sumber-Sumber Legitimasi

  • Legitimasi Ideologis: Berasal dari ideologi yang dianut oleh masyarakat. Contoh: legitimasi yang diberikan kepada negara yang berlandaskan pada ideologi tertentu seperti demokrasi, sosialisme, atau teokrasi.
  • Legitimasi Ekonomis: Berasal dari kemampuan pemerintah untuk menyediakan kesejahteraan ekonomi bagi rakyatnya.
  • Legitimasi Sosial-Kultural: Berasal dari kesesuaian antara kebijakan pemerintah dengan nilai-nilai budaya dan sosial masyarakat.

Pentingnya Legitimasi dalam Pemerintahan dan Masyarakat

1. Stabilitas Politik

Legitimasi sangat penting untuk stabilitas politik. Pemerintahan yang dianggap sah lebih mungkin mendapatkan ketaatan dan dukungan dari rakyat, sehingga mengurangi risiko konflik dan pemberontakan.

2. Keberlanjutan Pemerintahan

Legitimasi membantu dalam keberlanjutan pemerintahan. Pemerintahan yang sah memiliki dasar yang kuat untuk melanjutkan kebijakan dan program jangka panjang tanpa terganggu oleh ketidakpercayaan publik.

3. Efektivitas Kebijakan

Kebijakan yang dibuat oleh pemerintahan yang sah lebih mungkin diimplementasikan dengan efektif karena mendapatkan dukungan dan kerjasama dari masyarakat.

4. Keadilan dan Keteraturan Sosial

Legitimasi memastikan bahwa hukum dan peraturan diikuti, yang pada gilirannya menjaga keteraturan sosial dan keadilan dalam masyarakat.

Tantangan dalam Mempertahankan Legitimasi

1. Krisis Ekonomi

Krisis ekonomi dapat mengancam legitimasi pemerintahan jika pemerintah dianggap gagal menyediakan kesejahteraan ekonomi bagi rakyatnya.

2. Korupsi dan Penyalahgunaan Kekuasaan

Korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan oleh pejabat pemerintah dapat merusak kepercayaan publik dan mengurangi legitimasi pemerintahan.

3. Perubahan Sosial dan Budaya

Perubahan sosial dan budaya yang cepat dapat menantang legitimasi tradisional dan memaksa pemerintah untuk beradaptasi dengan nilai-nilai dan harapan baru masyarakat.

4. Konflik dan Ketidakadilan

Konflik internal dan ketidakadilan sosial dapat mengganggu legitimasi pemerintahan dengan menimbulkan ketidakpuasan dan protes dari berbagai kelompok dalam masyarakat.

Penyebab hilangnya legitimasi

Suatu otoritas dapat kehilangan legitimasinya karena banyak faktor tertentu, seperti:

  • Tidak sahnya asal usulnya. Kekuasaan yang dicapai melalui cara-cara yang tidak sah, tidak diakui atau didukung oleh masyarakat (seperti kudeta, pemilu yang curang, dan lain-lain), adalah tidak sah sejak awal.
  • Korupsi dan inefisiensi. Ketika suatu otoritas mengabaikan tugas-tugas yang seharusnya mereka lakukan, atau hanya mendedikasikan diri mereka untuk memberi manfaat bagi orang-orang yang memegang kekuasaan, legitimasi mereka biasanya berkurang atau hilang, karena mereka tidak menggunakan kekuasaan tersebut sebagaimana mestinya.
  • Pengabaian aturan main. Jika pemerintah melanggar aturan main, menggunakan kekuasaannya untuk tetap menjabat, untuk menguntungkan individu atau untuk tujuan apa pun yang dianggap tidak sah dan adil, maka ia akan kehilangan legitimasi di mata rakyat.
  • Demonstrasi ketidakmampuan berkuasa. Ketika penguasa atau penguasa menunjukkan perilaku yang tidak menentu, atau kriminal, atau tidak bermoral atau tidak bertanggung jawab, yang mendelegitimasi mereka di mata para pengikutnya, maka keinginan mereka untuk memerintah menjadi lemah dan ada kemungkinan besar mereka akan tidak ditaati dan disingkirkan dengan satu atau lain cara. dari kekuasaan.

Setiap kelompok manusia dan setiap kerangka hukum mempertimbangkan kasus-kasus tertentu dan tindakan yang akan diterapkan jika otoritas kehilangan legitimasi dan perlu memilih yang baru.

Legitimasi sosial

Legitimasi sosial sering kali diartikan sebagai bentuk persetujuan kolektif yang diterima oleh individu, organisasi, atau inisiatif yang jauh dari kekuasaan politik.

Oleh karena itu, legitimasi sosial setara dengan visi dan persetujuan kelompok lainnya, yaitu seberapa besar keinginan masyarakat untuk mengakui suatu organisme, entitas, atau suara khusus. Oleh karena itu, legitimasi sosial berbeda dengan politik karena tidak ada organisasi atau lembaga yang mengelolanya, melainkan bergantung sepenuhnya pada apresiasi kelompok.

Misalnya saja, organisasi-organisasi internasional seperti PBB telah melihat legitimasi sosial internasional mereka terpengaruh ketika mereka tidak mampu mencegah negara-negara kuat seperti Amerika Serikat melakukan invasi ke beberapa negara Timur Tengah pada awal abad ke-21.

Bagi organisasi multilateral ini, intervensi perang tidak dapat dibenarkan. Namun, kewenangannya tidak cukup untuk mencegah hal tersebut, sehingga mulai saat ini legitimasi sosialnya telah berkurang di masyarakat dunia ketiga.

Lanjutkan dengan: Ilmu Politik

Referensi

Untuk bacaan lebih lanjut tentang legitimasi, pertimbangkan referensi berikut:

  1. Weber, M. (1978). Economy and Society: An Outline of Interpretive Sociology. University of California Press. ISBN: 978-0520035003.
  2. Beetham, D. (1991). The Legitimation of Power. Palgrave Macmillan. ISBN: 978-0333375389.
  3. Lipset, S. M. (1959). “Some Social Requisites of Democracy: Economic Development and Political Legitimacy”. American Political Science Review, 53(1), 69-105. DOI: 10.2307/1951731.
  4. Easton, D. (1975). “A Re-assessment of the Concept of Political Support”. British Journal of Political Science, 5(4), 435-457. DOI: 10.1017/S0007123400008309.
  • “Legitimasi (politik)” di Wikipedia.
  • “Sah” dalam Kamus Bahasa Akademi Kerajaan Spanyol.
  • “Perbedaan antara legal dan sah” di Judicial Experts GP Grup (Spanyol).
  • “Legalitas dan legitimasi” (video) di Ingenio UdeA.
  • “Legitimasi” dalam Kamus Kritis Ilmu Sosial.

Kesimpulan

Legitimasi adalah konsep yang krusial dalam memahami dinamika kekuasaan dan otoritas dalam pemerintahan dan masyarakat. Dengan mengakui dan menerima kekuasaan sebagai sah, legitimasi membantu menjaga stabilitas, keberlanjutan, dan efektivitas pemerintahan. Namun, mempertahankan legitimasi bukanlah tugas yang mudah, karena berbagai tantangan seperti krisis ekonomi, korupsi, perubahan sosial, dan konflik dapat mengancamnya. Dengan memahami dan mengatasi tantangan ini, pemerintah dapat lebih baik dalam mempertahankan legitimasi yang diperlukan untuk menjalankan fungsi-fungsinya dengan efektif.

FAQs tentang Legitimasi

Apa itu legitimasi?

Legitimasi adalah konsep yang digunakan untuk menggambarkan keberadaan otoritas atau kekuasaan yang dianggap sah oleh masyarakat atau kelompok tertentu. Ini berarti bahwa pemerintahan atau institusi memiliki hak legal dan moral untuk memerintah atau mengambil keputusan yang mempengaruhi masyarakat.

Apa peran legitimasi dalam masyarakat?

Legitimasi memainkan peran penting dalam menjaga stabilitas sosial dan politik dalam masyarakat. Ketika pemerintahan atau institusi dianggap sah oleh masyarakat, mereka lebih mungkin untuk diterima dan dihormati. Ini membantu mencegah konflik dan ketidakstabilan sosial yang dapat terjadi jika otoritas tidak diakui atau dianggap ilegal.

Apa jenis-jenis legitimasi?

Ada beberapa jenis legitimasi yang dikenal dalam ilmu politik dan sosiologi. Beberapa di antaranya adalah:

1. Legitimasi Tradisional

Legitimasi tradisional berdasarkan pada keyakinan bahwa otoritas atau kekuasaan yang ada berasal dari tradisi atau warisan historis. Contohnya adalah monarki atau sistem kekuasaan yang diturunkan secara turun-temurun.

2. Legitimasi Rasional-Legal

Legitimasi rasional-legal didasarkan pada keyakinan bahwa otoritas atau kekuasaan berasal dari peraturan hukum dan konstitusi yang ditetapkan secara formal. Contohnya adalah pemerintahan demokratis yang diatur oleh konstitusi.

3. Legitimasi Karismatik

Legitimasi karismatik berkaitan dengan kepercayaan pada kualitas khusus atau kepemimpinan karismatik seseorang. Orang yang memiliki karisma khusus atau daya tarik dapat memperoleh legitimasi dalam bentuk pengikut yang setia. Contohnya adalah pemimpin agama atau pemimpin politik yang memiliki pengaruh yang kuat atas massa.

Apa faktor-faktor yang mempengaruhi legitimasi?

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi legitimasi suatu pemerintahan atau institusi. Beberapa di antaranya adalah:

1. Kinerja

Kinerja yang baik dari pemerintahan atau institusi dalam memenuhi kebutuhan dan harapan masyarakat dapat meningkatkan legitimasi mereka. Jika masyarakat merasa bahwa pemerintah atau institusi tersebut berhasil dalam memecahkan masalah atau meningkatkan kesejahteraan, mereka akan lebih cenderung mengakui otoritas mereka.

2. Legitimitas Historis

Sejarah dan tradisi juga dapat mempengaruhi legitimasi. Institusi yang telah ada dalam waktu yang lama atau memiliki warisan historis yang kuat cenderung lebih dihormati dan dianggap sah oleh masyarakat.

3. Partisipasi Politik

Partisipasi politik dari masyarakat dalam proses pengambilan keputusan juga dapat mempengaruhi legitimasi pemerintah. Jika masyarakat merasa bahwa mereka memiliki suara dalam proses politik dan keputusan yang dibuat, mereka akan merasa lebih terlibat dan menerima otoritas yang ada.

Apakah legitimasi dapat dipertahankan selamanya?

Tidak ada legitimasi yang bisa dipertahankan selamanya. Legitimasi dapat berubah atau bahkan hilang seiring dengan perubahan kondisi sosial, politik, dan ekonomi. Jika pemerintahan atau institusi gagal dalam memenuhi harapan masyarakat atau terlibat dalam tindakan yang tidak etis atau ilegal, legitimasi mereka dapat terancam.

Apa dampak dari kehilangan legitimasi?

Kehilangan legitimasi dapat memiliki dampak yang signifikan pada stabilitas sosial dan politik. Ketika masyarakat tidak lagi mengakui otoritas atau kekuasaan yang ada, hal ini dapat menyebabkan ketidakstabilan, konflik, atau bahkan kejatuhan pemerintahan. Kehilangan legitimasi juga dapat mengurangi keStay in character.